
PADA perdagangan sore hari ini, Senin (7/7), nilai tukar rupiah ditutup anjlok 54 poin ke posisi Rp16.239 per dolar Amerika Serikat (AS). Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi menjelaskan pelemahan ini terjadi seiring dengan menguatnya indeks dolar AS, yang mendapat dorongan dari pernyataan Presiden AS Donald Trump, terkait dengan kebijakan tarif perdagangan terbarunya.
Mata uang garuda pun diperkirakan masih tertekan ke depannya. "Untuk perdagangan besok, rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif, namun tetap berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.230 hingga Rp16.280," ujar Ibrahim.
Trump menyatakan akan mulai mengirimkan surat pemberitahuan tarif kepada sejumlah negara pada Jumat mendatang, menjelang tenggat waktu 9 Juli. Dalam pernyataannya, Trump menyebut bahwa tarif baru akan berkisar antara 10% hingga 70%, dan mulai berlaku efektif pada 1 Agustus 2025.
Dianggap rugikan Amerika
Trump juga menegaskan negara-negara yang berpihak pada blok BRICS akan menghadapi tarif tambahan sebesar 10%, dengan alasan praktik dagang mereka yang dianggap merugikan kepentingan Amerika. Sebelumnya, pada bulan April, Trump telah menetapkan tarif dasar sebesar 10% terhadap sebagian besar negara, dengan tambahan bea masuk hingga 50%. Kini, dalam pernyataan terbarunya, tarif tersebut berpotensi dinaikkan hingga 70%.
Ibrahim menuturkan meskipun Trump memberikan perpanjangan waktu selama tiga minggu bagi negara-negara mitra dagang untuk mencapai kesepakatan dengan AS, kurangnya rincian dalam pengumuman tersebut justru menambah kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Ketidakpastian arah kebijakan perdagangan global turut mendorong pelarian modal ke aset-aset yang lebih aman, termasuk dolar AS.
Ditopang ekspektasi pasar
Penguatan dolar juga ditopang oleh ekspektasi pasar yang menurun terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Data ketenagakerjaan yang kuat pada Kamis lalu menunjukkan pasar tenaga kerja AS tetap solid, yang membuat pelaku pasar mulai mengurangi taruhan terhadap penurunan suku bunga pada dua pertemuan The Fed berikutnya.
"Berdasarkan data CME FedWatch, pelaku pasar kini cenderung memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada bulan Juli maupun September," kata Ibrahim.
Minggu ini, perhatian investor global akan tertuju pada rilis notulen rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) terbaru, yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari WIB (pukul 01.00 WIB). Notulen ini diharapkan memberikan sinyal yang lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan. (Ins/I-1)