Road to Resilience, Kisah Remaja Indonesia yang Terjebak Janji Manis ISIS

3 hours ago 1
Road to Resilience, Kisah Remaja Indonesia yang Terjebak Janji Manis ISIS Pemutaran film 'Road to Resilience' di Kampus Universitas Padjadjaran.(ISTIMEWA)

PEMULANGAN Warga Negara Indonesia (WNI) dari negara Suriah sampai hari ini masih menjadi perdebatan berbagai pihak. Dengan menjunjung tinggi asas kemanusiaan, namun bertolak belakang dengan radikalisme yang sudah
terpapar, menjadi dasar pemerintah belum terang-terangan menerima WNI untuk kembali ke Tanah Air.

Merespons hal ini, Ruangobrol.id bersama Badan Nsional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar pemutaran film bertajuk 'Road to Resilience' dan bedah buku Anak Negeri di Pusaran Konflik di Suriah. Kegiatan itu digelar di Auditorium Pascasarjana Fikom Universitas Padjadjaran (Unpad) pada Kamis (13/3).

Dalam film dokumenter 'Road to Resilience' yang mengangkat perjalanan seorang remaja Indonesia yang terjebak dalam janji-janji manis ISIS dan akhirnya menemukan jalan kembali ke Tanah Air.

Film ini dimulai dengan pengenalan masalah yang lebih luas, mengangkat isu perang saudara di Suriah dan kebangkitan ISIS yang menarik ribuan orang dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Ketika Febri tokoh pemeran dalm film dokumenter ini, bersama rombongannya akhirnya berhasil kembali ke Indonesia, mereka menghadapi kenyataan pahit berupa penolakan dan stigma dari masyarakat yang menganggap mereka sebagai pengkhianat. Selama satu bulan, mereka menjalani berbagai pelatihan dan interogasi dari BNPT dan Densus 88.

Meskipun begitu, Febri dan keluarganya tidak menyerah. Mereka memulai hidup baru di Depok, Jawa Barat, dengan berusaha menata kembali kehidupan mereka dari awal.

“Saya pergi ke Suriah bukanlah tanpa alasan. Pergulatan hati membawa saya akhirnya pergi menemui ibu, di negara berkonflik itu. Waktu itu,
kondisi saya di Indonesia tidak memiliki siapa-siapa. Karena ibu ikut sama kakak ke Suriah," bebernya.

Karena ingin berbakti kepada orangtua, ingin lebih dekat dengan ibunya, Febri pun terbang ke Suriah dengan segala ancaman yang diterimanya. “Karena saya merasa durhaka sama ibu, akhirnya mau nyusul ke Suriah. Ibu segalanya, dia wanita hebat,” imbuh Febri.

Setibanya di Indonesia, Febri dan ibunya mulai menata hidup. Selama setahun keduanya mengisolasi diri dan tidak berkomunikasi dengan
keluarga besar. Ketakutannya akan stigma buruk dari keluarga, membuat ibu dan anak itu berjuang sendirian.

Direktur Kreasi Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail menyatakan, lewat film dokumenter yang dibuatnya pada 2017 lalu, ia ingin menyampaikan pesan soal kesempatan kedua yang layak diberikan kepada WNI eks ISIS. Mereka pergi ke Suriah, tidak seluruhnya atas dasar ideologi ekstrem. Ada juga yang terpaksa pergi karena anggota keluarga, seperti yang dialami Febri, tokoh utama dalam film 'Road to Resilience'.

“Bahwa jangan ada narasi tunggal. Kan alasan ke sana macam-macam, pemeran utamanya di sini ada perempuan dan anak. Anak adalah korban dalam ideologi orangtuanya,” ungkap alumnus Akademi Universitas Teknologi Nanyang Singapura ini

Sementara itu, Kasubdit Kerja Ssama Regional BNPT RI, Yaenurendra Hasmoro Aryo Putro menerangkan, pemerintah turut melakukan pemantauan terhadap WNI yang dipulangkan dari Suriah. Ini untuk memastikan jika WNI kembali ke masyarakat dengan paham ideologi yang sama.

Sampai hari ini masih ada sekitar 400-an WNI di Suriah yang belum kembali ke Indonesia. Memang proses pemulangan yang sulit, sedangkan  kondisi di negara berkonflik itu kian memprihatinkan.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |