
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Indonesia dan Rusia tengah menjajaki peluang kerja sama strategis dalam proyek eksplorasi dan produksi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), termasuk pasokan minyak.
Pernyataan ini disampaikan Bahlil saat mendampingi Presiden RI Prabowo Subianto dalam kunjungan kenegaraan ke Kota Saint Petersburg, Rusia, untuk menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Konstantinovsky, Kamis (19/6) waktu setempat.
“Kami mengundang mitra strategis dari Rusia untuk terlibat dalam eksplorasi lapangan migas baru, termasuk pengembangan cadangan gas di wilayah lepas pantai,” ujar Bahlil dalam keterangan resmi, Jumat (20/6).
Penjajakan ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, terutama dalam mendongkrak lifting minyak dan gas nasional sesuai target yang ditetapkan Presiden Prabowo untuk mewujudkan swasembada energi.
Salah satu langkah penting yang ditawarkan Pemerintah Rusia adalah modernisasi infrastruktur migas, khususnya pada sumur-sumur tua yang selama ini dinilai kurang produktif.
“Kami siap membantu memodernisasi infrastruktur migas Indonesia guna meningkatkan produksi dari ladang-ladang tua,” kata Presiden Putin dalam konferensi pers bersama.
Lebih lanjut, Bahlil menerangkan pemerintah Indonesia juga tengah mendorong optimalisasi sumur-sumur minyak tua sebagai bagian dari strategi peningkatan produksi nasional. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang sudah memiliki Wilayah Kerja (WK) Migas dapat menggandeng masyarakat lokal dalam skema kerja sama business to business (B2B).
Sebagai dasar hukum, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi. Regulasi ini memungkinkan sumur-sumur minyak rakyat untuk diorganisasi menjadi badan usaha formal, seperti koperasi atau BUMD, dengan standar operasional yang bertanggung jawab.
Menurut Menteri ESDM terobosan penting pemerintah tersebut tidak hanya untuk meningkatkan produksi migas nasional, tetapi juga memperbaiki tata kelola sumber daya energi.
"Termasuk penanganan sumur ilegal serta dampak lingkungan dan keselamatan yang ditimbulkan,” tegas Bahlil.
Hubungan Indonesia dan Rusia di sektor energi telah terjalin erat, mencakup bidang migas, batubara, ketenagalistrikan, energi baru dan terbarukan (EBT), serta efisiensi energi. Salah satu proyek strategis yang sedang dibahas adalah rencana pembangunan kilang minyak dan kompleks petrokimia di Jawa Timur.
Pemerintah Indonesia berharap model kolaborasi ini dapat menjadi landasan kuat bagi pengembangan proyek migas masa depan, sekaligus mendorong masuknya investasi dan transfer teknologi tinggi ke dalam industri energi nasional. (H-1)