
KEDUTAAN Besar Inggris di Jakarta, bekerja sama dengan mitra lokalnya BerdayaBareng, menyelesaikan fase ketiga dan terakhir dari Program Akses Digital 2024 pada Rabu (26/2) di Palu, Sulawesi Tengah.
Program ini bertujuan membangun komunitas digital dan kreatif yang inklusif di bagian timur Indonesia, khususnya Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, dengan meningkatkan keterampilan digital serta akses teknologi bagi komunitas marginal.
Pemerintah Inggris mendanai proyek ini sebesar £100.000 (Rp2 miliar) melalui Program Akses Digital. Sejak Juli hingga November 2024, program ini melibatkan 533 penerima manfaat dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), aparatur sipil negara (ASN), dan masyarakat marginal lainnya.
Setelah mengikuti pelatihan intensif, 100 peserta terbaik dipilih untuk menjadi fasilitator program. Pada Desember 2024, para fasilitator ini membentuk organisasi komunitas kecil di wilayah mereka dan terlibat langsung dengan komunitas untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
Sebagai hasilnya, 19 organisasi komunitas digital inklusif terbentuk. Secara keseluruhan program ini telah menjangkau 672 penerima manfaat di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
"Program Akses Digital Pemerintah Inggris terus meningkatkan akses digital bagi komunitas yang terpinggirkan di seluruh Indonesia. Inisiatif ini menyoroti komitmen kami untuk mempromosikan penggunaan akses digital yang terjangkau, inklusif, aman, dan terlindungi guna membantu membangun pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Tonggak pencapaian ini menunjukkan keberhasilan kolektif sebagaimana kami meningkatkan kolaborasi dengan Indonesia untuk mendorong ekosistem digital yang inklusif," ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey.
Co-founder BerdayaBareng Pratiwi Hamdhana AM mengatakan fase ketiga dari Program Akses Digital 2024 adalah bukti konkret bahwa pelatihan digital dan pemberdayaan dapat memberikan dampak yang berkelanjutan bagi komunitas.
"Dengan fasilitator yang melatih komunitas lokal, kami telah menciptakan efek domino yang memperluas manfaat program ini. Harapan kami adalah model ini dapat menjadi inspirasi bagi pihak lain yang ingin membangun ekosistem digital yang inklusif dan kompetitif," tutur Pratiwi. (Ant/I-2)