Percepat Transformasi Teknologi Kesehatan untuk Pemerataan Akses

1 day ago 7
Percepat Transformasi Teknologi Kesehatan untuk Pemerataan Akses Ilustrasi(Dok Draeger Indonesia)

AKSES ke layanan kesehatan yang memadai merupakan hak asasi setiap warga negara. Namun, pemerataan akses masih menjadi tantangan besar yang berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah telah meluncurkan enam pilar transformasi kesehatan untuk mempercepat peningkatan layanan kesehatan. 

Khususnya di pilar ke-tiga mengenai Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan yang memegang peran penting untuk mempertahankan sistem kesehatan yang baik ditengah ancaman kesehatan global. Hal ini juga mencakup pembuatan atau produksi hingga distribusi farmalkes yang lancar dan bisa diproduksi di dalam negeri.

Draeger Indonesia, sebagai pelopor internasional di bidang teknologi keselamatan dan medis mendukung pilar ke-tiga dari transformasi kesehatan dan pilar ke-lima, bekerja sama dengan mitra strategis baik dari pemerintah, industri dan asosiasi profesi kesehatan. 

Kemitraan ini juga dilakukan dalam rangka menyambut peluncuran alat kesehatan yang diproduksi lokal dalam waktu dekat. Secara keseluruhan, inisiasi dan komitmen ini untuk mendukung resiliensi sistem kesehatan di Indonesia.

Pilar ke-tiga dari transformasi kesehatan menekankan pada beberapa hal penting yaitu Kemandirian Farmasi dan Alkes, dimana penting untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor dengan mendorong produksi alat kesehatan dan obat-obatan di dalam negeri. Transformasi kesehatan juga harus sejalan dengan transformasi pilar ke-lima yaitu SDM kesehatan. 

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika kebutuhan kesehatan masyarakat menghadirkan tantangan yang semakin kompleks dalam pelayanan kesehatan. Namun, dengan kerja sama dan komitmen bersama, pelayanan kesehatan terutama di unit-unit krusial seperti ICU dan ruang operasi, yang lebih baik dapat terwujud.

“Kesiapan tenaga kesehatan perlu dilakukan lebih dulu sebelum implementasi teknologi kesehatan. Hal ini sangat penting untuk memastikan teknologi kesehatan dapat digunakan secara maksimal dan dapat memberi layanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan," jelas Managing Director Draeger Indonesia, Ratna Kurniawati. 

Ia menambahkan, Draeger Indonesia, memiliki filosofi "Teknologi untuk Kehidupan. "Produk kami memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan lingkungan dengan beragam cara. Salah satu upaya memaksimalkan kontribusi tersebut adalah melalui peningkatan kompetensi para pengguna produk kami, yaitu tenaga kesehatan,” jelasnya. 

“Draeger memiliki inisiatif berupa program edukasi berkelanjutan yang telah berjalan beberapa tahun terakhir yang fokus pada pembinaan dokter muda dan residen. Ini merupakan bagian dari komitmen mendukung pengembangan tenaga kesehatan untuk mewujudkan sistem kesehatan nasional yang lebih baik di masa depan. Inisiatif ini dijalankan dengan menggandeng berbagai asosiasi kedokteran dan kedepannya kami akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung transformasi SDM kesehatan dalam negeri,” tambah Ratna. 

Kali ini, Draeger Indonesia bekerja sama dengan Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI) dalam proses pendidikan berkelanjutan untuk mengadakan dua kegiatan workshop yaitu 1) mengenai pengenalan mesin anestesi yang ditujukan untuk para dokter anestesi dan telah dimulai pada 9 Mei 2025 dan 2) mengenai Basic Ventilator yang ditujukan untuk para dokter umum dan anestesi yang bekerja di ICU, dan telah dimulai pada 18 Mei 2025. Kegiatan workshop akan dilakukan di 17 Fakultas Kedokteran di Indonesia yang memiliki Program Studi (PRODI) Anestesiologi dan Terapi Intensif.

KATI sebagai kolegium bertanggung jawab terhadap proses pendidikan di bidang anestesiologi dan terapi intensif dalam tatalaksana perioperatif dan emergensi kritis, sehingga dalam hal ini penggunaan mesin anestesi dan ventilator sangat berkaitan erat dengan praktik klinis medis sehari-hari. Kedua hal ini juga mendukung program transformasi kesehatan yang diusung oleh Kemenkes. 

Ketua Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI), Dr. dr. Reza Widianto  Sudjud, menyampaikan apresiasinya. "Sebagai bagian dari komitmen Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI) untuk menjamin mutu pendidikan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi medis, kami mendorong seluruh program studi pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan memastikan setiap peserta didik memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang mutakhir. Upaya ini juga sejalan dengan dukungan Kolegium dalam mendukung transformasi pelayanan kesehatan yang berbasis teknologi dan inovasi," jelas Reza. 

Dalam kerja sama dengan Draeger Indonesia, KATI merancang dua bentuk pelatihan yang strategis dan relevan. Workshop Mesin Anestesi ditujukan khusus bagi peserta didik dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap fungsi dan pengoperasian mesin anestesi secara aman dan efektif di ruang operasi. Sementara itu, pelatihan Basic Ventilator juga terbuka bagi dokter umum, mengingat pentingnya pemahaman ventilator dalam penanganan kasus-kasus gawat darurat dan perawatan intensif.

Penguasaan penggunaan ventilator sangat esensial karena alat ini mendukung fungsi pernapasan pasien yang mengalami kegagalan napas akibat penyakit paru, trauma, atau komplikasi pasca operasi. Kami berharap pelatihan ini dapat meningkatkan kesiapan klinis dan keselamatan pasien di berbagai lini layanan kesehatan sehingga bisa membantu menurunkan angka kematian di ICU yg tinggi karena penanganan awal yang tepat.

Selain itu, kolegium juga turut serta dalam pemanfaatan dan pengembangan melalui uji klinis terutama untuk produk dalam negeri guna membantu ketahanan alat kesehatan dalam negeri. 

“Workshop kepada para dokter anestesi dan terapi intensif harus terus dilakukan mengingat instalasi alat anestesi produksi Draeger telah diimplementasikan di 1.208 rumah sakit di Indonesia dan terus bertambah. Workshop dengan KATI ini akan menambah rekam jejak kami yang secara konsisten memberikan edukasi di Indonesia dan telah mengedukasi lebih dari 3000 tenaga kesehatan, baik secara online maupun offline,” tambah Ratna Kurniawati. (H-2)
 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |