
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh profesor Lee Yong-ho dan Kim Seung-hee dari Rumah Sakit Sanbon Universitas Wonkwang, menemukan bahwa hampir setengah dari pria muda Korea Selatan diklasifikasikan sebagai obesitas. Hal ini dilihat dari indeks massa tubuh, dan satu dari tiga orang memiliki pradiabetes atau prahipertensi.
Dilansir dari laman Koreaherald, penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data kesehatan dari 3.609 warga negara Korea Selatan berusia 19 hingga 39 tahun antara 2019 dan 2021. Temuan mereka, yang diterbitkan dalam Korean Journal of Family Practice Desember lalu mengungkapkan bahwa obesitas pada kelompok usia ini sangat terkait dengan stres, tingkat pendidikan, pendapatan, dan kebiasaan gaya hidup.
Ditemukan bahwa obesitas di Korea meningkat pada tingkat yang semakin tinggi di antara orang dewasa muda pada umumnya. Dibandingkan dengan 2009, ketika 32,2% orang Korea berusia 30-an mengalami obesitas, jumlah itu melonjak menjadi 39,6% pada 2019.
Di antara pria dalam penelitian ini, 45,4 persen diklasifikasikan sebagai penderita obesitas, dan hampir sepertiga memiliki kondisi pradiabetes 29,2% dan prahipertensi 31,1%.
Untuk perempuan, tingkat obesitas lebih rendah pada 20,5%, dan lebih sedikit yang memiliki kondisi pradiabetes 17,7% atau prahipertensi 12,5%. Namun, risiko obesitas perempuan lebih terkait erat dengan pengangguran dan kesulitan ekonomi, sementara faktor risiko pria adalah riwayat minum, merokok, dan menikah.
Penelitian juga menemukan bahwa stres adalah salah satu pendorong terbesar obesitas pada pria dan perempuan. Tingkat stres yang tinggi dapat mengganggu metabolisme, meningkatkan penyimpanan lemak dan menyebabkan pola makan dan tidur yang tidak sehat.
Faktor sosial ekonomi juga memainkan peran utama. Tingkat pendidikan yang lebih rendah dikaitkan dengan tingkat obesitas yang lebih tinggi, mungkin karena kurangnya kesadaran kesehatan atau lebih sedikit kesempatan untuk berolahraga dan makan sehat. Di antara pria, tingkat pendapatan yang lebih rendah adalah prediktor utama obesitas, sementara perempuan yang menganggur atau dalam pekerjaan yang menuntut fisik berisiko lebih tinggi.
Kebiasaan gaya hidup juga penting. Pria yang sering minum alkohol lebih mungkin mengalami obesitas, sementara bagi perempuan, justru sebaliknya mereka yang minum sebenarnya lebih kecil kemungkinannya menjadi gemuk. Para peneliti mencatat bahwa ini dapat dikaitkan dengan perbedaan gaya hidup, dengan pria terlibat dalam minum sosial berkalori tinggi sementara wanita yang minum dapat menjalani kehidupan sosial yang lebih aktif. (H-2)