
LEGENDA bulu tangkis Indonesia, Imelda Wigoena, mengungkapkan keprihatinannya terhadap pola pikir atlet-atlet muda bulu tangkis saat ini yang dinilainya lebih fokus mengejar peringkat demi sponsor ketimbang berjuang meraih gelar juara.
"Itu yang harus diatasi dan itu tidak gampang," ujar Imelda, yang pernah menjadi juara dunia 1980 berpasangan dengan Christian Hadinata, saat ditemui di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan bahwa pada masa kejayaannya, target utama para atlet adalah menjadi juara, karena tidak ada penghargaan yang memadai bagi mereka yang gagal meraih gelar. Bahkan, menjadi finalis pun dianggap belum cukup membanggakan.
"Kalau saya lihat ya, dulu kalau tidak juara ya tak dapat apa-apa. Jadi malu kalau tidak juara," tambahnya.
Menurut Imelda, sistem insentif yang diberikan sponsor saat ini kepada atlet dengan peringkat 1 hingga 10 justru membuat semangat untuk menjadi yang terbaik menurun.
"Seharusnya peringkat 1 sampai 4 itu mendapatkan apresiasi lebih besar. Kalau ranking 1 sampai 10 diberi nilai sama, ya anak-anak hitungannya beda. Masuk semifinal aja merasa aman karena sudah dapat sponsor," jelasnya.
Imelda juga menekankan pentingnya peran klub dalam membentuk kemampuan dasar atlet sebelum mereka bergabung ke pelatnas. Ia menilai pelatnas seharusnya lebih berfokus pada pengembangan strategi dan taktik, bukan membentuk teknik dasar dari awal.
"Kalau ada mutu atlet pelatnas yang kurang bagus, itu tanggung jawab klub. Artinya, pembinaan di klub belum maksimal. Klub harus didorong untuk membina lebih baik supaya pelatnas tidak terlalu pusing membentuk dari nol," ujar peraih emas Asian Games 1978 bersama Verawaty Wiharjo.
Lebih lanjut, ia mendorong adanya alih pengetahuan dan teknologi pelatnas ke klub-klub untuk menciptakan pembinaan yang lebih merata dan berkelanjutan.
Imelda juga mengkritisi minimnya dukungan pemerintah terhadap pembinaan olahraga, khususnya bulu tangkis, yang telah lama menjadi tumpuan prestasi Indonesia di tingkat dunia.
"Olimpiade itu anggarannya sampai triliunan. Tapi PBSI dapat apa? Sampai hari ini belum maksimal perhatian dari pemerintah," katanya.
Selain itu, Imelda mengapresiasi langkah untuk mengaktifkan kembali program pencarian bakat dan pendataan usia atlet secara lebih akurat, guna mencegah kecurangan usia dalam turnamen.
"Keabsahan data umur itu penting. Kasihan yang benar-benar muda dan berbakat tapi harus kalah karena lawannya ternyata umurnya lebih tua," tegasnya.
Sebagai mantan atlet dan tokoh penting dalam bulu tangkis nasional, Imelda berharap adanya pembenahan menyeluruh agar generasi muda tak hanya mengejar peringkat, tapi juga memiliki mental juara dan semangat membela Indonesia. (Ant/I-3)