
SEKRETARIS Jenderal PBB Antonio Guterres mengumumkan pengurangan kehadiran PBB di Gaza, akibat meningkatnya kekerasan Israel dan ancaman terhadap perkerja kemanusiaan, termasuk serangan terhadap kompleks PBB minggu lalu yang menewaskan seorang staf PBB.
"Dalam seminggu terakhir, Israel melancarkan serangan yang menghancurkan di Gaza, yang menewaskan ratusan warga sipil, termasuk personel Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan tidak ada satu pun bantuan kemanusiaan yang diizinkan memasuki Jalur Gaza sejak awal Maret," kata pernyataan dari kantor juru bicara Sekjen PBB seperti dilansir dari Anadolu, Selasa (25/3).
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa Guterres telah mengambil keputusan sulit untuk mengurangi aktivitas organisasi itu di Gaza, bahkan ketika kebutuhan kemanusiaan meningkat dan perhatian dunia terhadap perlindungan warga sipil meningkat, namun dia memastikan bahwa PBB tidak akan meninggalkan Gaza.
"Organisasi tetap berkomitmen untuk terus menyediakan bantuan yang diandalkan warga sipil untuk kelangsungan hidup dan perlindungan mereka," tambah pernyataan itu.
Pernyataan tersebut mencatat bahwa pemerintah Israel telah memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza selama lebih dari tiga minggu dan itu sebagai penangguhan terlama sejak 7 Oktober 2023, ketika serangan mematikannya dimulai.
"Pejabat Israel telah mengindikasikan bahwa mereka bermaksud untuk melanjutkan kegiatan militer mereka di Gaza. Berdasarkan informasi yang tersedia saat ini, serangan yang menghantam kompleks PBB di Deir Al Balah pada tanggal 19 Maret disebabkan oleh tank Israel," lanjutnya
Guterres mengutuk keras serangan Israel minggu lalu terhadap kompleks PBB yang menyebabkan kematian seorang staf PBB asal Bulgaria dan 6 orang lainnya mengalami cedera serius.
"Lokasi kompleks PBB ini diketahui oleh pihak-pihak yang berkonflik," katanya.
Guterres menuntut investigasi penuh, menyeluruh, dan independen atas serangan Israel dan menekankan bahwa semua pihak terikat oleh hukum internasional untuk melindungi kerahasiaan mutlak gedung PBB.
"Semua Negara harus menggunakan semua pengaruhnya untuk menghentikan konflik dan memastikan penghormatan terhadap hukum internasional, dengan menerapkan tekanan diplomatik dan ekonomi serta memerangi impunitas," tambahnya.
Mengulangi seruannya untuk gencatan senjata segera, Guterres mendesak diakhirinya penderitaan di Gaza.
Ketika ditanya mengenai jumlah staf yang akan dikurangi, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers bahwa jumlahnya sekitar sepertiga minggu ini dan mungkin akan bertambah dalam beberapa hari mendatang.
"Ini tindakan sementara. Kami berharap orang-orang dapat kembali ke Gaza sesegera mungkin," katanya.
Memperhatikan bahwa terdapat sekitar 100 staf internasional di Gaza, ia mengatakan hal itu dilakukan demi alasan keamanan dan operasional.
Terkait dampak pengurangan jumlah staf PBB, Dujarric mengatakan bantuan kemanusiaan belum juga masuk sejak serangan Israel kembali terjadi, sehingga sebagian besar distribusi dilakukan oleh staf lokal.
Ia juga mengatakan lembaga yang akan mengalami pengurangan staf termasuk Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Program Pangan Dunia, Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Kantor PBB untuk Layanan Proyek (UNOPS), Dana Kependudukan PBB (UNFPA), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Program Pembangunan PBB (UNDP). (I-3)