
BERDASARKAN data WHO, jumlah kasus parkinson meningkat dua kali lipat dalam 25 tahun terakhir. Perkiraan global pada tahun 2019 menunjukkan lebih dari 8,5 juta orang menderita PD (parkinson disease).
Meski di Indonesia sendiri datanya masih sangat terbatas, data insidensi penyakit parkinson diperkirakan 10 orang setiap tahun.
Parkinson bagaikan bayangan hitam yang mengintai sistem saraf pusat, khususnya bagian yang mengatur pergerakan tubuh. Penyakit neurodegeneratif kronis ini menyerang banyak orang, yang kemudian memicu tremor, kekakuan otot, gerakan lambat, dan gangguan keseimbangan.
Setelah penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson merupakan kelainan neurodegeneratif yang paling kronis dan menjadi nomor dua paling umum terjadi.
Penyakit parkinson disebabkan oleh apa? Akar permasalahan pada parkinson terletak pada hilangnya dopamin, yakni neurotransmitter penting yang berfungsi dalam mengendalikan gerakan. Dopamin sendiri diproduksi di bagian otak yang disebut substantia nigra.
Jadi, ketika dopamin berkurang, maka sinyal dari otak ke otot terputus. Nah, hal ini memicu berbagai gejala, seperti tremor, kekakuan otot, gerakan lambat, dan gangguan keseimbangan.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa mata dapat menjadi kunci untuk mendeteksi penyakit Parkinson sebelum gejala berat muncul. Studi Scientific Reports (2019) menunjukkan bahwa penipisan lapisan retina—terutama pada sel ganglion dan lapisan plexiform dalam—terkait erat dengan Parkinson.
Dengan teknologi Optical Coherence Tomography (OCT), peneliti menemukan bahwa perubahan struktur retina ini mencerminkan kerusakan saraf dopaminergik di otak. Yang menarik, kelainan ini sering terdeteksi lebih awal daripada gejala motorik seperti tremor, menjadikan retina sebagai "jendela" untuk diagnosis dini.
Tak hanya struktur retina, gerakan mata juga bisa menjadi petunjuk.
Penelitian di Journal of Parkinson's Disease (2021) menemukan bahwa gangguan gerakan sakadik (gerakan mata cepat) dan kesulitan fokus visual sering muncul pada pasien Parkinson, diduga akibat kerusakan di area otak seperti substantia nigra. Tes pelacakan mata sederhana dinilai potensial sebagai alat skrining yang murah dan non-invasif.
Sementara itu, uji klinis terbaru yang dipublikasikan di PMC menguji terapi eksperimental untuk Parkinson. Hasil awal menunjukkan perbaikan gejala motorik dan non-motorik, dengan tolerabilitas yang baik.
Studi ini menekankan pentingnya pemantauan biomarker seperti alpha-synuclein untuk evaluasi terapi jangka panjang.
Temuan ini membuka peluang besar untuk pendekatan diagnosis dan terapi yang lebih akurat. Dengan kombinasi pemeriksaan retina, analisis gerakan mata, dan terapi bertarget, masa depan penanganan Parkinson menjadi semakin menjanjikan. Peneliti berharap metode ini dapat segera diaplikasikan dalam skrining rutin, terutama bagi kelompok berisiko tinggi.
Pentingnya Periksakan Diri ke Dokter sebelum Parah
Nah, sebagai penyakit yang dapat berkembang dan memburuk secara bertahap, penyakit parkinson dapat terbagi menjadi 5 stadium. Berikut tahapan perkembangan penyakit parkinson berdasarkan stadiumnya:
- Stadium 1. Gejala masih tergolong ringan dan tidak mengganggu aktivitas pengidapnya.
- Stadium 2. Di tahap ini, gejala akan semakin jelas terlihat. Namun, jangka waktu perkembangan penyakit dari stadium 1 ke 2 dapat berbeda pada tiap pengidap, bisa dalam hitungan bulan atau tahun.
- Stadium 3. Ditandai dengan gejala yang makin jelas terlihat. Gerak tubuh juga akan semakin melambat dan mulai mengganggu aktivitas.
- Stadium 4. Di tahap ini, pengidap akan mulai kesulitan berdiri atau berjalan. Gerak tubuh akan semakin melambat, sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
- Stadium 5. Pengidap mulai sulit atau bahkan tidak bisa berdiri sama sekali. Tak hanya itu, pengidap juga dapat mengalami waham (delusi) dan halusinasi.
Sebagai penyakit saraf, parkinson dapat memburuk secara bertahap. Akibatnya, pengidap penyakit ini akan kesulitan mengatur gerakan tubuhnya, termasuk saat berbicara, berjalan, dan menulis.
Oleh karena itu, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami berbagai tanda atau gejala awal yang telah dijelaskan tadi. (Z-10)