Panas Ekstrem dan Badai Ganggu Piala Dunia Antarklub, Jadi Peringatan untuk 2026

5 hours ago 2
Panas Ekstrem dan Badai Ganggu Piala Dunia Antarklub, Jadi Peringatan untuk 2026 Kapten kesebelasan Inter Miami Lionel Messi (kiri) dalam FIFA Club World Cup 2025 di Hard Rock Stadium, Miami, Amerika Serikat (23/6/2025).(Xinhua)

GELOMBANG panas ekstrem dan badai petir terus mengganggu jalannya Piala Dunia Antarklub 2025 yang tengah berlangsung di Amerika Serikat. Sejumlah laga sempat ditunda atau terganggu akibat cuaca ekstrem. Kondisi itu menjadi alarm karena diperkirakan akan kembali terjadi saat gelaran Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Suhu tinggi yang menyelimuti kawasan timur AS telah memaksa tim-tim peserta untuk beradaptasi secara ekstra. Salah satu contohnya datang dari Borussia Dortmund yang memutuskan untuk tidak menempatkan pemain cadangan mereka di bangku pinggir lapangan saat menghadapi Mamelodi Sundowns di Cincinnati dan memilih untuk membiarkan pemain tetap berada di ruang ganti demi menghindari panas terik.

Pelatih Chelsea, Enzo Maresca, bahkan memperpendek sesi latihan timnya di Philadelphia karena suhu menyentuh angka 99 derajat fahrenheit (sekitar 37,2 celcius).

“Bermain setiap tiga hari dalam kondisi seperti ini sangat sulit, jadi rotasi pemain menjadi keharusan,” kata Maresca.

Sementara itu, pelatih Dortmund, Niko Kovac, mengungkapkan cuaca bisa menjadi faktor penentu utama di turnamen ini. “Saya rasa turnamen ini tidak akan dimenangi oleh tim terbaik, tapi oleh tim yang paling bisa beradaptasi dengan kondisi cuaca ekstrem. Kemungkinan besar merekalah yang akan juara,” ujar Kovac.

Ditangani tim medis 

Untuk mengurangi dampak suhu tinggi dan kelembapan, para pemain Dortmund menggunakan handuk dingin, berendam dalam es, dan rutin mendinginkan kaki mereka.

“Pemain kami ditangani dengan baik oleh tim medis. Kami melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menjaga kondisi mereka,” tambah Kovac.

Fenomena cuaca ekstrem ini dipandang sebagai gambaran awal dari tantangan serupa yang akan dihadapi pada Piala Dunia 2026. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh International Journal of Biometeorology menyebutkan bahwa 14 dari 16 kota tuan rumah di Piala Dunia mendatang kerap mencatat suhu yang melebihi ambang batas aman untuk olahraga luar ruangan, berdasarkan indikator wet bulb globe temperature (WBGT).

Indikator tersebut memperhitungkan suhu, kelembapan, radiasi matahari, dan angin. Laporan tersebut menyarankan agar pertandingan dijadwalkan di luar jam-jam siang, ketika suhu berada pada titik tertingginya.

Selain panas ekstrem, sejumlah pertandingan Piala Dunia Antarklub juga terganggu oleh badai petir. Laga Boca Juniors melawan Auckland City menjadi pertandingan kelima yang sempat tertunda karena adanya sambaran petir dalam radius 10 mil (16 kilometer) dari stadion.

Sebelumnya, laga Benfica vs Auckland juga pernah tertunda hampir dua jam karena alasan serupa.

Ben Schott dari National Weather Service, yang menjadi penasihat FIFA dan panitia Piala Dunia 2026, mengatakan cuaca yang terjadi saat ini bukan hal luar biasa, bahkan meskipun sejumlah rekor suhu telah terpecahkan.

“Tak ada yang mengejutkan dari cuaca yang kita lihat saat ini, meskipun memang beberapa rekor suhu terpecahkan,” ujarnya kepada AFP.

“Sebagian besar wilayah timur AS mengalami rekor panas hampir setiap musim panas. Jadi, sangat mungkin kita akan mengalami hal serupa tahun depan," ujarnya.

Belum secanggih sekarang 

Menurut Schott, badai petir adalah hal yang biasa terjadi di beberapa wilayah Amerika Utara. Ia menambahkan tidak ada pertandingan di Piala Dunia 1994 yang dihentikan akibat badai karena teknologi prakiraan cuaca saat itu belum secanggih sekarang. 

“Kemajuan dalam dunia meteorologi sejak Piala Dunia 1994 sangat signifikan. Sekarang kita bisa memperkirakan kondisi cuaca hampir seminggu sebelumnya dengan akurasi tinggi,” kata Schott.

“Ini kondisi khas di Amerika untuk waktu-waktu seperti ini. Kelembapan dari Teluk Meksiko mendorong munculnya badai petir di sore hari. Jadi, semua hal yang kita alami sekarang bisa sangat mungkin terjadi kembali di Piala Dunia 2026," imbuhnya. (AFP/I-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |