Orangutan Ternyata Bisa “Berbahasa” Seperti Manusia: Ini Bukti Ilmiahnya

5 hours ago 2
 Ini Bukti Ilmiahnya Ilustrasi(University of Warwick)

PENELITIAN revolusioner dari University of Warwick, para peneliti menemukan orangutan liar melakukan vokalisasi dengan kompleksitas berlapis, yang sebelumnya dianggap hanya dimiliki oleh komunikasi manusia. Hal itu menunjukkan asal usul evolusi kemampuan ini jauh lebih tua dari yang diperkirakan.

Bayangkan kalimat ini, "Ini adalah anjing yang mengejar kucing yang membunuh tikus yang memakan keju." Kalimat ini terdiri dari frasa kata kerja-kata benda yang diulang — "mengejar kucing", "memakan keju" — dan merupakan contoh kompleksitas berlapis yang disebut rekursi.

Rekursi adalah pengulangan unsur bahasa secara bertingkat sehingga membentuk sebuah frasa atau gagasan yang dapat dipahami. Seperti boneka Rusia bertumpuk, kekuatan rekursi memungkinkan kita menggabungkan sejumlah unsur terbatas untuk menghasilkan pesan tak terbatas dengan tingkat kompleksitas yang semakin tinggi.

komunikasi bertingkat

Selama ini diyakini komunikasi bertingkat (rekursif) adalah fitur unik bahasa manusia yang memungkinkan kita berpikir lebih kompleks. Namun, penelitian dari University of Warwick yang dipublikasikan hari ini di Annals of The New York Academy of Sciences mengungkapkan kisah yang berbeda.

“Ketika menganalisis data vokalisasi panggilan alarm dari orangutan betina Sumatera, kami menemukan bahwa struktur ritmik suara orangutan bersifat self-embedded atau saling tertanam di tiga tingkat — sebuah rekursi tingkat tiga yang mengesankan. Menemukan fitur ini dalam komunikasi orangutan menantang anggapan bahwa rekursi hanya dimiliki oleh manusia,” ujar Dr. Chiara De Gregorio, peneliti dari University of Warwick yang mengerjakan studi ini bersama Adriano Lameira (juga dari Warwick) dan Marco Gamba (University of Torino).

Struktur vokal berlapis tiga (rekursif) dalam panggilan orangutan adalah sebagai berikut:

  • Suara individu dari orangutan muncul dalam kombinasi kecil (lapisan pertama)
  • Kombinasi ini dapat dikelompokkan menjadi rangkaian yang lebih besar (lapisan kedua)
  • Rangkaian ini kemudian dapat dikelompokkan lagi menjadi seri yang lebih besar (lapisan ketiga), semuanya dengan irama yang teratur di setiap tingkatnya

Seperti sebuah karya musik dengan pola berulang, orangutan menyusun satu irama di dalam irama lain, lalu di dalam irama lain lagi — menciptakan struktur vokal berlapis yang canggih, yang sebelumnya tidak dianggap mungkin dilakukan oleh kera besar non-manusia.

Pola ini bukan kebetulan, karena orangutan juga mengubah ritme panggilan alarmnya tergantung pada jenis predator yang mereka hadapi:

  • Ketika mereka melihat ancaman nyata, seperti harimau, panggilannya menjadi lebih cepat dan mendesak.
  • Ketika mereka melihat sesuatu yang tampak seperti ancaman tetapi tidak terlalu berbahaya (seperti kain bercorak warna-warni), panggilannya menjadi lebih lambat dan tidak teratur.

Kemampuan untuk menyesuaikan ritme vokal terhadap tingkat bahaya yang berbeda ini menunjukkan orangutan tidak sekadar membuat suara.

“Penemuan ini menunjukkan akar dari salah satu ciri paling khas bahasa manusia — yakni rekursi — sudah ada dalam sejarah evolusi kita,” tambah Dr. De Gregorio.

“Orangutan membantu kita memahami bagaimana benih struktur bahasa mungkin mulai tumbuh jutaan tahun yang lalu.”

Penelitian ini memberikan dukungan empiris pertama untuk gagasan bahwa kemampuan rekursif yang kuat ini mungkin telah terpilih secara evolusioner dan berkembang secara bertahap pada nenek moyang kita yang jauh lebih awal. (Science Daily/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |