
PESAWAT luar angkasa New Horizons milik NASA terus mencetak sejarah dalam eksplorasi tata surya. Setelah melakukan flyby bersejarah di Pluto pada Juli 2015, wahana ini melanjutkan perjalanannya melintasi objek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object/KBO) Arrokoth pada 1 Januari 2019. Daerah ini dipenuhi dunia es yang merupakan sisa pembentukan tata surya.
Kini, peluang eksplorasi lebih lanjut masih terbuka bagi New Horizons. Wahana ini sedang dalam perjalanan menuju heliosfer luar, area di mana pengaruh matahari melemah dan lingkungan antarbintang mulai mengambil alih. Data yang dikumpulkan menjadi aset berharga bagi komunitas ilmiah dalam memahami batas tata surya kita.
Pengamatan Berharga di Batas Tata Surya
Laporan Akademi Nasional AS menyoroti pentingnya mempertahankan penerimaan data dari New Horizons dan Voyager—dua wahana yang memberikan wawasan langsung tentang lingkungan heliosfer luar dan ruang antarbintang. Menurut Alan Stern, Peneliti Utama New Horizons dari Southwest Research Institute, laporan ini menegaskan betapa pentingnya sains yang dikumpulkan wahana ini.
Saat ini, New Horizons tengah bersiap melewati "termination shock"—area di mana angin matahari yang supersonik melambat akibat bertabrakan dengan medium antarbintang. Namun, waktu pasti peristiwa ini masih belum dapat diprediksi dan diperkirakan terjadi paling cepat pada 2027.
Tantangan Bahan Bakar dan Peluang Flyby Baru
Meskipun wahana ini tetap dalam kondisi sempurna, tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan bahan bakar. Setiap manuver harus direncanakan dengan cermat untuk menghemat bahan bakar yang tersisa, sehingga peluang melakukan flyby objek KBO baru sangat bergantung pada bantuan observatorium berbasis di Bumi, seperti Observatorium Vera C. Rubin yang segera beroperasi.
Menurut Stern, jika observatorium ini menemukan KBO yang berada di jalur New Horizons, peluang flyby akan meningkat. Namun, pencarian ini diibaratkan seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Pengukuran Bersejarah di Termination Shock
Salah satu pencapaian terbesar New Horizons ke depan adalah pengukuran pertama terhadap pickup ions—ion yang berperan dalam transfer energi di termination shock. Dengan instrumen canggih seperti SWAP (Solar Wind Around Pluto) dan PEPSSI (Pluto Energetic Particle Spectrometer Science Investigation), wahana ini akan memberikan wawasan yang belum pernah diperoleh sebelumnya.
Tim heliosfer New Horizons, yang terdiri dari ilmuwan dan insinyur dari berbagai institusi, tengah mempersiapkan analisis data serta strategi transmisi dari jarak lebih dari 60 satuan astronomi (AU) ke Bumi.
Menelusuri Jejak Voyager dan Potensi Penemuan Baru
New Horizons mengikuti jejak wahana Voyager dalam menjelajahi batas heliosfer. Menurut ilmuwan proyek Pontus Brandt dari Johns Hopkins University APL, data dari peristiwa ini akan menjadi harta karun bagi fisikawan luar angkasa di seluruh dunia.
Tingkat tabrakan debu yang terdeteksi juga mengindikasikan Sabuk Kuiper mungkin jauh lebih luas dari yang dibayangkan sebelumnya. Hal ini membuka peluang bagi eksplorasi lebih lanjut di wilayah yang belum terpetakan.
Perayaan 10 Tahun Flyby Pluto dan Kejutan Baru
Sebagai wahana pertama yang menjelajahi Pluto dan KBO Arrokoth dari dekat, New Horizons akan menjadi sorotan dalam peringatan 10 tahun Pluto Flyby Science Meeting pada Juli ini di APL. Acara ini akan membahas temuan dari New Horizons serta hasil pengamatan dari Teleskop Hubble, James Webb, dan teleskop berbasis Bumi.
"Kami sedang mengumpulkan semua hal yang telah dipelajari sejak flyby New Horizons. Jadi, tetap pantau. Saya yakin akan ada kejutan baru!" ujar Stern.
Dengan eksplorasi yang terus berlanjut, New Horizons membuktikan masih banyak misteri di batas tata surya yang menunggu untuk diungkap. (space/Z-3)