5 Penyakit Kuno yang Masih Mengancam Kesehatan di Indonesia

1 day ago 5
5 Penyakit Kuno yang Masih Mengancam Kesehatan di Indonesia Ilustrasi(freepik)

BEBERAPA penyakit saat ini telah ada sejak zaman kuno. Meskipun demikian, penyakit tersebut masih menjadi isu kesehatan masyarakat di sejumlah negara hingga kini. 

Penyakit itu dulunya merajalela dan mematikan, sekarang sebagian besar telah dihilangkan atau dikendalikan berkat. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan berkat kemajuan di bidang medis dan teknologi. 

Berikut ini adalah kumpulan penyakit yang memiliki sejarah panjang yang masih kita hadapi hingga saat ini. Lihat informasi lebih lanjut di bawah ini.

1. Rabies

Rabies masih menjadi masalah serius di Indonesia, terutama di daerah endemis seperti NTT, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara. Studi oleh  PLoS Neglected Tropical Diseases menunjukkan bahwa rendahnya cakupan vaksinasi anjing dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang penanganan pasca gigitan (Post-Exposure Prophylaxis/PEP) berkontribusi pada tingginya kasus rabies. 

Tantangan utama meliputi keterbatasan akses vaksin di daerah terpencil, mitos lokal yang meremehkan risiko rabies, serta koordinasi lintas sektor yang belum optimal antara kesehatan manusia dan hewan.

Upaya eliminasi rabies di Indonesia memerlukan pendekatan "One Health" yang terintegrasi. Penelitian tersebut menekankan pentingnya vaksinasi massal anjing (minimal 70% populasi), edukasi masyarakat tentang pencucian luka gigitan, dan peningkatan ketersediaan PEP. 

Meski Indonesia menargetkan bebas rabies pada 2030, ketimpangan infrastruktur kesehatan dan rendahnya alokasi anggaran menjadi kendala utama. Perlu kolaborasi kuat antara pemerintah, tenaga medis, dan komunitas untuk mencapai eliminasi, mengingat rabies masih menyebabkan puluhan kematian manusia setiap tahun di Indonesia.

2. Trakoma

Trakoma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di daerah dengan sanitasi buruk seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. Studi oleh PLoS Neglected Tropical Diseases menunjukkan bahwa implementasi strategi SAFE (Surgery, Antibiotics, Facial cleanliness, Environmental improvement) belum optimal di Indonesia, terutama pada komponen peningkatan sanitasi dan kebersihan wajah. 

Prevalensi trakoma aktif (TF/TI) pada anak-anak di daerah endemis seperti Flores masih melebihi ambang eliminasi WHO (>5%), dengan faktor risiko utama berupa keterbatasan akses air bersih, kepadatan penduduk, dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan mata.

Eliminasi trakoma di Indonesia membutuhkan pendekatan terintegrasi yang memperkuat komponen lingkungan dan perilaku dalam strategi SAFE. 

Penelitian tersebut menekankan pentingnya intervensi berbasis masyarakat, termasuk edukasi cuci wajah pada anak, distribusi antibiotik azitromisin massal, dan perbaikan infrastruktur air bersih dan sanitasi. 

Meskipun Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi trakoma, tantangan utama meliputi terbatasnya surveilans aktif, disparitas geografis dalam akses layanan kesehatan, dan kurangnya alokasi sumber daya khusus untuk program trakoma di tingkat daerah. Perlu upaya kolaboratif antara sektor kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan umum untuk mencapai target eliminasi trakoma sebagai masalah kesehatan masyarakat.

3. Kusta

Kusta tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, dengan pola distribusi yang tidak merata di berbagai wilayah. Studi retrospektif oleh ResearchGate mengungkapkan bahwa Indonesia masih mencatat lebih dari 10.000 kasus baru kusta setiap tahun, menjadikannya salah satu negara dengan beban kusta tertinggi di dunia. 

Penelitian ini menemukan bahwa kasus terkonsentrasi di wilayah timur Indonesia, termasuk Papua, Maluku, dan NTT, dengan faktor risiko utama meliputi keterbatasan akses layanan kesehatan, tingkat pendidikan rendah, dan kondisi lingkungan yang tidak higienis. Temuan penting menunjukkan bahwa 60% kasus baru sudah menunjukkan tingkat kecacatan (grade 2 disability) saat diagnosis, mengindikasikan keterlambatan dalam deteksi dini.

Penelitian ini menyoroti perlunya pendekatan spesifik berbasis data epidemiologi untuk pengendalian kusta di Indonesia. Analisis data dari januari 2018 sampai desember 2020 mengungkap tren penurunan kasus yang lambat, dengan penularan aktif masih terjadi di daerah endemis. Studi ini merekomendasikan tiga strategi utama: (1) penguatan sistem surveilans berbasis masyarakat di daerah tertinggal, (2) program edukasi intensif untuk petugas kesehatan primer tentang diagnosis dini, dan (3) intervensi terpadu yang menggabungkan aspek medis dengan perbaikan kondisi sosial-ekonomi. 

Tantangan utama yang dihadapi termasuk resistensi terhadap pengobatan pada beberapa kasus serta stigma sosial yang terus menjadi hambatan dalam pelaporan dan penanganan kasus.

4. Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dengan beban kasus yang tinggi dan tantangan pengendalian yang kompleks. Studi Indonesian Journal of Public Health menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua dunia dengan estimasi 969.000 kasus TB tahun 2022, namun hanya 74% yang terdiagnosis. 

Penelitian ini mengungkapkan bahwa faktor determinan sosial seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, akses terbatas ke fasilitas kesehatan, dan tingkat pendidikan rendah berkontribusi terhadap tingginya angka TB. Tantangan utama meliputi rendahnya deteksi kasus (missing cases mencapai 26%), tingginya angka putus obat (loss to follow up), dan meningkatnya kasus TB resisten obat (DR-TB) yang membutuhkan penanganan lebih kompleks.

Penelitian ini merekomendasikan penguatan sistem surveilans berbasis masyarakat, optimalisasi penggunaan tes diagnostik cepat molekuler, dan peningkatan keterlibatan sektor non-kesehatan dalam penanggulangan TB. Temuan menunjukkan bahwa intervensi berbasis keluarga dan komunitas efektif dalam meningkatkan deteksi dini dan kepatuhan pengobatan. 

Namun, disparitas geografis dalam akses layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil dan perbatasan, tetap menjadi kendala utama. Diperlukan komitmen politik yang kuat dan alokasi sumber daya yang memadai untuk mencapai target eliminasi TB 2030 di Indonesia.

5. Malaria

Malaria masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama di wilayah timur seperti Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Studi di ResearchGate mengungkapkan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam pengendalian malaria, eliminasi penyakit ini masih menghadapi berbagai kendala. 

Faktor-faktor seperti kondisi geografis yang sulit, keterbatasan akses ke layanan kesehatan, dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung program pencegahan berkontribusi terhadap persistensi penularan malaria. Tantangan utama meliputi rendahnya cakupan penggunaan kelambu berinsektisida, keterbatasan kapasitas diagnostik di fasilitas kesehatan tingkat dasar, serta munculnya resistensi parasit terhadap obat antimalaria di beberapa wilayah.

Penelitian ini menekankan pentingnya strategi berbasis bukti yang disesuaikan dengan kondisi lokal, termasuk penguatan sistem surveilans, peningkatan deteksi kasus aktif, dan optimalisasi pengendalian vektor. Studi ini juga menyoroti perlunya komitmen politik yang kuat dan alokasi sumber daya yang memadai untuk mencapai target eliminasi malaria 2030. 

Rekomendasi kunci mencakup peningkatan kolaborasi lintas sektor, inovasi dalam metode pencegahan, serta pendekatan berbasis masyarakat untuk mengatasi tantangan perilaku dan sosial dalam program eliminasi malaria. (PLOS Neglected Tropical Diseases/ResearchGate/The Indonesia Journal of Public Health/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |