
PERDANA Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan harapannya untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa hari ke depan terkait pembebasan lebih banyak sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
Dalam wawancaranya bersama Greta Van Susteren dari Newsmax, dia menyampaikan bahwa sebanyak 50 sandera masih berada dalam cengkeraman Hamas dan hanya 20 di antaranya yang diyakini masih hidup.
"Saya ingin membebaskan mereka semua. Kita sekarang memiliki kesepakatan yang konon akan membebaskan separuh dari yang hidup dan separuh yang mati," kata Netanyahu dalam wawancara yang ditayangkan Kamis, (10/7).
"Jadi, kita akan memiliki 10 sandera yang masih hidup dan sekitar 12 sandera yang telah meninggal, tetapi saya juga akan membebaskan mereka. Saya harap kita bisa menyelesaikannya dalam beberapa hari," tambahnya seperti dikutip dari Arab News, Jumat (11/7).
Gencatan senjata 60 Hari
Konflik ini berawal dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya, berdasarkan data dari otoritas Israel.
Dalam respons militer besar-besaran, Israel melancarkan serangan balasan ke Gaza, yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza telah menewaskan lebih dari 57.000 warga Palestina dan menyebabkan kehancuran luas di wilayah tersebut.
Sejak awal konflik, kedua belah pihak telah melakukan dua kali gencatan senjata, yakni pada November 2023 dan pada Januari 2025.
Netanyahu mengatakan Israel dan Hamas kini sedang menuju kesepakatan gencatan senjata baru selama 60 hari, yang akan menjadi momen penting untuk membuka jalan bagi berakhirnya konflik secara permanen.
Sementara itu, Hamas menyampaikan bahwa sejumlah isu kunci masih menjadi perdebatan dalam negosiasi gencatan senjata.
Hal-hal tersebut mencakup aliran bantuan kemanusiaan, penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, serta adanya jaminan nyata untuk gencatan senjata permanen.
Dukungan dari Trump
Pernyataan Netanyahu disampaikan saat ia menutup kunjungan ketiganya ke Washington sejak Presiden Donald Trump menjabat pada Januari.
Dia menyampaikan apresiasi terhadap Trump yang dinilainya sebagai sekutu yang sangat kuat bagi negaranya.
"Negara kami tidak pernah memiliki teman seperti itu, dukungan seperti itu terhadap Israel, negara Yahudi di Gedung Putih," katanya.
Dalam wawancara tersebut, Netanyahu juga menyinggung serangan gabungan antara Amerika Serikat dan Israel terhadap Iran bulan lalu, yang menurut Presiden Trump telah menghancurkan tiga fasilitas nuklir Iran.
Ketika ditanya tentang potensi kerusakan yang ditimbulkan, Netanyahu mengungkapkan kekhawatiran bahwa Iran bisa saja memproduksi bom atom dalam beberapa bulan jika fasilitas tersebut tidak dihancurkan. (Fer/I-1)