Menu Sehat, Harga Hemat: Kisah Waroeng Tani Menjadi Favorit di Malang

4 hours ago 2

MENDIRIKAN usaha memang bukan perkara mudah, namun tantangan yang dihadapi saat melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh orang tua untuk tetap sukses justru jauh lebih besar.

Hal inilah yang dirasakan oleh Ali Supandri (50), pemilik Waroeng Tani, sebuah usaha kuliner yang berlokasi di Jl. TPST, Jetak Lor, Mulyoagung, Kec. Dau, Kab. Malang, Jawa Timur.

Nama Waroeng Tani sendiri terinspirasi dari latar belakang keluarganya yang berprofesi sebagai petani. Awalnya, keluarga Ali memulai usaha dengan menjadi pemasok buah-buahan seperti durian dan mangga ke luar daerah, termasuk Papua.

Keberhasilan usaha ini didorong oleh kebun pembibitan buah yang mereka kelola. Namun, seiring berjalannya waktu, keluarga Ali memutuskan untuk merambah ke bidang usaha lain.

Dari sinilah lahir ide untuk mendirikan Waroeng Tani, yang menjadi titik balik dalam perjalanan usaha mereka.

Sejak muda, Ali sudah terlibat dalam bisnis keluarga, dan begitu pula dengan Waroeng Tani yang didirikan pada 2019. Awalnya, usaha ini dirintis oleh orang tuanya, namun Ali diminta untuk melanjutkan estafetnya.

Tentu saja, menjalankan usaha ini penuh dengan lika-liku. Salah satu ujian terbesar datang ketika pandemi Covid-19 melanda.

"Baru beberapa tahun memulai usaha, kami sudah dihadapkan dengan pandemi. Mau tidak mau, kami harus memutar otak agar bisnis keluarga ini tidak gulung tikar begitu saja," kata Ali, mengenang masa-masa sulit tersebut.

Dengan kreativitas dan kegigihannya, Ali berhasil menemukan solusi. Salah satunya adalah penerapan konsep warung terbuka yang memungkinkan Waroeng Tani tetap ramai dikunjungi selama pandemi, tanpa melanggar aturan PPKM.

"Dengan konsep warung terbuka, pengunjung tetap merasa aman dan nyaman, sementara kami tetap bisa mempertahankan jumlah pelanggan," imbuhnya.

Konsep warung dengan nuansa pedesaan yang dipilih Ali terbukti sukses. Bahkan, selama masa pandemi, Waroeng Tanimencatatkan kenaikan omzet yang signifikan. Untuk memperluas jangkauan pasar, mereka juga menawarkan konsep prasmanan dengan menu hemat porsi sepuasnya.

"Cukup Rp8.000 saja, pengunjung sudah bisa makan sepuasnya nasi dan aneka olahan sayur. Selain itu, kami menyediakan lebih dari 100 macam menu yang bisa dipesan terpisah sebagai lauk tambahan," ujar Ali.

Salah satu menu andalan yang menarik perhatian pengunjung adalah olahan daun katuk, yang didapat dari kebun mereka sendiri.

Daun katuk dikenal memiliki banyak manfaat, termasuk untuk meningkatkan produksi ASI, dan diolah dengan sentuhan khas oleh juru masak tradisional, menjadikannya sajian lezat yang digemari.

“Menu ini bisa dinikmati gratis oleh pengunjung yang datang, sebagai bagian dari pengalaman kuliner di Waroeng Tani," tambah Ali.

Kesuksesan Waroeng Tani semakin mencuat, terlebih lagi selama bulan Ramadan. "Saking ramainya, kami menerima pesanan hingga 2.000 pack untuk berbuka puasa. Dengan kapasitas yang hanya dapat menampung 1.500 orang, hampir setiap hari terisi penuh," ungkapnya.

Menu Gurami Asam Manis dan Gurami Saus Telur Asin menjadi favorit di antara pelanggan.

Di masa liburan, omzet Waroeng Tani bisa menembus angka Rp500 juta per bulan. Bahkan, kini usaha kuliner ini sudah dipasrahkan oleh Ali kepada anaknya sebagai pengelola utama.

Ali tidak menyangkal bahwa kesuksesannya dalam mengelola usaha kuliner ini tidak lepas dari dukungan yang diterima dari BRI.

“Sejak usia 19 tahun, saya sudah menjadi nasabah BRI, dan saya sangat mengenal berbagai fasilitas pinjaman yang mereka tawarkan, seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat).

Fasilitas ini sangat membantu kami sebagai pelaku UMKM untuk mendapatkan modal usaha. BRI seperti ‘bapak angkat’ bagi kami, karena mereka yang memodali kami sejak awal usaha hingga sekarang,” ungkap Ali penuh rasa syukur.

Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menyatakan bahwa BRI terus berkomitmen untuk mendukung pelaku UMKM agar terus berkembang.

"Mayoritas KUR BRI dialokasikan untuk sektor produksi, sejalan dengan Asta Cita Pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan dan mendorong produktivitas serta daya saing rakyat," kata Hendy.

Dengan semakin luasnya akses pembiayaan melalui KUR, Hendy percaya lebih banyak pelaku usaha yang dapat berkembang dan memberikan kontribusi lebih besar dalam ketahanan ekonomi nasional.

"Kami yakin dengan dukungan pembiayaan yang lebih luas, UMKM dapat terus tumbuh dan memberikan dampak positif yang lebih besar pada perekonomian Indonesia," pungkasnya. (RO/Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |