Menguji Konsistensi Presiden Prabowo

1 week ago 11
Menguji Konsistensi Presiden Prabowo Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (kanan).(MI/Tri Subarkah)

CITA-cita menjadi seorang presiden sudah tertanam dalam diri Prabowo Subianto sejak masa kecil. Kegagalan dalam konvensi calon presiden Partai Golkar pada 2003 dan keikutsertaannya dalam kontestasi pemilihan presiden (pilpres) pada 2009 sampai 2019 yang berujung pada kekalahan tak menyurutkan langkah Prabowo menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Bagi Direktur Utama Media Indonesia Gaudensius Suhardi, kemenangan Prabowo yang baru diraih pada Pilpres 2024 menunjukkan bahwa cucu pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) Margono Djojohadikoeskoemo itu konsisten dalam merawat mimpi.

Demikian disampaikannya dalam acara bedah buku berjudul Prabowo Subianto: Jenderal Penakluk Sejarah Presidensial karya Moch Eksan yang digelar di NasDem Tower, Jakarta. Gaudensius menggarisbawahi, Prabowo hanya ingin menjadi presiden lewat cara konstitusional, bukan jalur jalur militer meski mantan Pangkostrad itu memiliki kesempatan.

"Setelah mengakhiri karier di militer, Prabowo mulai masuk sipil dengan catatan ingin memelihara mimpinya," ujar Gaudensius, Jumat (7/3).

Setelah berhasil menjadi Presdien ke-8 RI dan memiliki dukungan politik di parlemen lebih dari 80%, Gaudensius menekankan bahwa langkah Prabowo berikutnya adalah menguatkan sistem presidensial yang bertujuan menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat. 

Di sisi lain, ia menyoroti Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 62/PUU-XXII/2024 yang telah menghapus ambang batas pencalonan presiden sebagai ganjalan bagi Prabowo untuk melanjutkan periode kedua. Pasalnya, putusan itu membuka ruang bagi semua partai politik untuk memajukan calonnya sendiri.

"Apakah pak prabowo berpeluang terpilih kembali untuk mengukir sejarah presidensial ini? Menurut saya pribadi, kalau dilihat dari kecil dan berjuang sejak 2003 sampai sekarang, saya mengatakan Pak Prabowo mempunyai daya tahan yang kuat untuk berjuang," jelas Gaudensius.
Dalam kesempatan yang sama, anggota DPR RI dari Partai Gerindra yang sekaligus merupakan keponakan dari Prabowo, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menilai bahwa banyak yang menyalahartikan cita-cita Prabowo menjadi presiden sebagai bentuk ambisi yang negatif.

Padahal, Sara mengatakan pamannya itu konsisten memperjuangkan prinsip dan visi yang jelas sejak awal, terutama sejak mendirikan Partai Gerindra pada 2008. Salah satu yang dicontohkannya adalah pembentukan Badan Pengelol Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang merupakan impian dari Soemitro Djojohadikoesoemo, ayah Prabowo.

"Silakan dilihat dari apa yang disampaikan beliau dari awal, dari yang beliau tulis. Karena visi dan prinsipnya jelas. Dan sekarang kenapa mungkin banyak yang lagi kalang kabut, karena jelas beliau itu hukum harus ditegakkan," terang Sara.

Sementara itu, Eksan menjelaskan buku yang ia tulis merupakan wujud dari apresiasi terhadap Prabowo yang diperjuangkan lewat jalur elektoral. Ia menyebut, Prabowo merupakan episentrum kekuatan politik di Indonesia pada 5-10 tahun yang akan datang.

"Beliau yang menentkan merah dan hijaunya Indonesia," ujarnya.

Eksan menjelaskan, apa yang disampaikan oleh Prabowo saat Konvensi Partai Golkar pada 2003 dan pidato perdana sebagai Presiden memiliki esensi yang sama, yakni soal ketimpangan, perang terhadap kemiskinan, dan mewujudkan pemerintahan yang bersih. (Tri/P-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |