Lee Jae-myung Pimpin Korea Selatan, Siapa Dia dan Arah Kebijakannya

1 day ago 6
Lee Jae-myung Pimpin Korea Selatan, Siapa Dia dan Arah Kebijakannya Lee Jae-myung.(Dok Al-Jazeera)

KANDIDAT oposisi liberal Korea Selatan, Lee Jae-Myung, terpilih sebagai presiden baru pada Rabu (4/6) pagi. Ini menandai akhir dari periode penuh gejolak politik yang dipicu oleh penerapan darurat militer singkat oleh Presiden konservatif yang kini telah digulingkan, Yoon Suk Yeol.

Dengan lebih dari 99% suara telah dihitung, Lee meraih 49,3% dukungan dalam pemilihan yang berlangsung Selasa (3/6). Ia unggul atas rival utama dari kubu konservatif, Kim Moon Soo, yang memperoleh 41,3%.

Partisipasi pemilih mencapai hampir 80% dari total 44,4 juta warga yang memenuhi syarat, menjadikannya salah satu pemilu dengan tingkat partisipasi tertinggi dalam sejarah Korea Selatan. Hal ini mencerminkan antusiasme masyarakat untuk mengakhiri ketidakstabilan politik nasional.

Jajak pendapat sebelum pemilu telah lama menunjukkan keunggulan Lee yang mendapat dukungan luas dari masyarakat yang kecewa terhadap tindakan Presiden Yoon, terutama terkait penerapan darurat militer yang kontroversial.

Mengakui kekalahan

Sebelum hasil akhir diumumkan secara resmi, Kim mengakui kekalahannya. Dia mengatakan kepada media, dengan rendah hati menerima pilihan rakyat dan menyampaikan ucapan selamat kepada Lee atas kemenangannya.

Dalam pidato kemenangan di Seoul, Lee menyatakan bahwa tugas utamanya adalah memulihkan kepercayaan publik terhadap demokrasi. 

"Tugas pertama yang Anda percayakan kepada saya adalah mengatasi pemberontakan (merujuk pada pernyataan darurat militer oleh mantan Presiden Yoon) dan memastikan tidak ada lagi kudeta militer. Kekuasaan yang dipercayakan oleh rakyat tidak akan pernah digunakan untuk mengintimidasi rakyat," kata Lee kepada para pendukungnya seperti dilansir Euro News, Rabu (5/6).

Dari keluarga miskin

Lee Jae-myung, 60, dikenal luas karena latar belakangnya yang sederhana. Berasal dari keluarga miskin, dia pernah menjadi pekerja anak sebelum kemudian meniti karier politik hingga menjadi gubernur Provinsi Gyeonggi dan wali kota Seongnam. 

Dalam kampanyenya, dia menekankan komitmen untuk memberantas kemiskinan dan korupsi yang telah lama mengakar.

Kebijakan luar negeri

Mengenai arah kebijakan luar negeri, belum sepenuhnya jelas bagaimana sikap Lee akan memengaruhi posisi Korea Selatan. 

Meski mendapat kritik karena dianggap cenderung mendekat ke Tiongkok dan Korea Utara, Lee menegaskan bahwa hubungan dengan Amerika Serikat tetap menjadi pilar utama kebijakan luar negeri Korea Selatan.

Presiden terpilih tersebut menyatakan komitmennya terhadap diplomasi pragmatis serta memperkuat kerja sama trilateral dengan Amerika Serikat dan Jepang. Sikap ini menunjukkan kesinambungan dalam kebijakan luar negeri, tidak jauh berbeda dari pendekatan pemerintah konservatif sebelumnya.

Korea Utara

Lee juga menyampaikan bahwa dirinya ingin memperbaiki hubungan dengan Korea Utara, namun mengakui tantangan yang ada. 

Dia menyebut bahwa pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam waktu dekat akan sangat sulit untuk direalisasikan.

Ketimpangan sosial

Sebagai tokoh yang kerap menuai kontroversi, Lee telah lama dikenal sebagai figur vokal yang menentang dominasi politik konservatif dan menyerukan reformasi struktural untuk mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi. 

Kisah hidupnya yang menggambarkan perjuangan dari kemiskinan hingga mencapai tampuk kekuasaan telah memperkuat citranya sebagai tokoh reformis.

Namun, tidak sedikit pula yang mengkritiknya sebagai populis yang dianggap sering mempolarisasi opini publik dan tidak konsisten dalam menjalankan janji-janjinya. (I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |