Kontribusi Jurnalis Betawi dalam Menyongsong Lima Abad Kota Jakarta

3 weeks ago 12
Kontribusi Jurnalis Betawi dalam Menyongsong Lima Abad Kota Jakarta Ilustrasi(Dok FJB)

FORUM Jurnalis Betawi (FJB) menggelar kegiatan diskusi sekaligus buka puasa bersama dengan mengusung tema Kontribusi jurnalis Betawi menyongsong lima abad kota Jakarta. Acara itu berlangsung di Saung Kembangan, Jakarta Barat, pada Minggu (23/3) sore.

Acara tersebut menampilkan tiga narasumber yang cukup senior dalam dunia jurnalistik, yakni H Beky Mardani yang juga sebagai Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), H Yusron Sjarief, Jurnalis TV (news anchor) senior, dan Ahmad Buchori atau biasa disapa Bang Boy yang merupakan jurnalis senior Antara.

Sementara itu, Ketua Forum Jurnalis Betawi (FJB) M Syakur Usman mengawali dengan pembukaan. Dirinya menekankan pentingnya jurnalis Betawi berkontribusi dan berperan aktif dengan usulan-usulan kegiatan untuk menyongsong lima abad Kota Jakarta yang akan dirayakan pada 22 Juni 2027 mendatang. 

FJB sendiri sudah melakukan inisiatif dengan mengembangkan laman berita online Kabarbetawi.id. Laman tersebut akan banyak menyajikan konten-konten masyarakat Betawi sebagai masyarakat inti Kota Jakarta.

Pada acara bukber itu, FJB juga menyampaikan beberapa program yang akan digelar untuk menyongsong lima abad Kota Jakarta, antara lain roadshow jurnalistik ke kampus-kampus, penerbitan buku 500 Cerita Tanah Betawi, workshop platform digital bersama kreator-kreator konten kebetawian, dan sebagainya. 

Tepat pukul 16.30 acara diskusi dimulai yang dipandu oleh Bang Faisal dari RRI. Banyak bermunculan ide dan gagasan baru agar jurnalis Betawi punya peran besar menuju lima abad Kota Jakarta. 

Beky Mardani, misalnya, dirinya berharap agar jurnalis Betawi punya karya dalam bentuk buku yang bisa mengabadikan jasa para tokoh Betawi dari masa ke masa.

Selain itu, dia juga ingin ada karya lain yang selama ini menjadi memori kolektif orang tua agar dituangkan dalam tulisan. Seperti bagaimana kisah kampung di Betawi dahulu sebelum pembangunan sangat masif mewarnai Jakarta.

“Anak sekarang mana <i>ngerasain bisa ngeliat Monas dari atas pohon kecapi. Nah, itu yang kita <i>rasain dulu. Mari kita tulis, kita mulai dari kampung kita. Saya akan mulai dari kampung saya, Meruya,” ujar Beky yang juga Ketua PMI Jakarta Barat itu.

Yusron Sjarief menambahkan, banyak tradisi berkembang di Jakarta dan itu sangat terasa hingga kini bagi mereka yang masih tinggal di permukiman nonperumahan.

“Saya kalau jadi juri Abnon (Abang-None) Jakarta, peserta selalu saya tanya tinggal di perkampungan atau di kompleks perumahan. Mereka yang tinggal di kompleks perumahan biasanya tidak tahu ada tradisi apa yang masih ada di Betawi,” katanya.

Sementara itu, Ahmad Buchori menyoroti peran jurnalis Betawi di banyak media masa umum, bukan media khusus Betawi. Karena itu, dia menyambut positif hadirnya website kabarbetawi.id milik FJB dan berharap bisa menyuarakan aspirasi warga Betawi.

“Kayak kejadian di Bekasi, ada permintaan THR (kepada perusahaan) mengatasnamakan Betawi. Itu perlu kita luruskan agar stigma Betawi di masyarakat tidak menjadi negatif,” ucapnya.

Diskusi semakin menarik menjelang Magrib, tapi harus diakhiri karena sudah masuk waktu berbuka puasa, dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Ustaz Taufik dari MUI Jakarta Barat.

Beberapa tamu undangan juga tampak hadir, antara lain Kasudin Kesbangpol Jakarta Barat, Mohammad Matsani, Ketua LBIQ dan Sekjen Permata MHT, H Supli Ali, serta adik-adik KMB PTIQ, juga hadir budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, dan Imron Hasbullah dari LKB.

Kegiatan itu didukung oleh Gerakan Kebangkitan (Gerbang) Betawi, Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an (LBIQ) DKI Jakarta, Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perumda Paljaya, Permata MHT, Madrasah Aliah Citra Cendekia, Saung Kembangan, PT Ancol Taman Impian, dan Bir pletok Bang Isra.(H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |