
CUACA daerah Pantura Jawa Tengah berawan, hari-hari biasanya panas menjadi terasa lebih adem Minggu (13/4), Kota Purwodadi, Kabupaten Grobogan terasa lebih ramai dibanding gari libur biasanya, terutama di halaman parkir sebuah Gedung Gedung Serbaguna Dewi Sri yang dipenuhi kendaraan roda empat dan dua.
Masuk ke dalam gedung serbaguna yang terletak di Jalan HM Tamrin, tidak jauh dari Simpang Lima Purwodadi suasana hiruk pikuk ratusan pengunjung menyaksikan ribuan keris pusaka yang dipamerkan berderet rapi di etalase dan meja setelah panjang dan semakin terlihat mistis ketika suara gamelan Gending Jawa terdengar mengalun merdu.
Kepulan asap dupa dan harum wangi kembang semerbak tercium di setiap sisi ruang pamer menambah suasana semakin terasa, semua pengunjung tampak serius menyaksikan ribuan keris berusia tua (sepuh) sejak zaman kerajaan Nusantara hingga modern yang dipajang berderet rapi dengan berbagai ukuran dan bentuk.
Pameran dan Bursa Tosan Aji (keris) bertajuk Nggugah Pusaka Bumi Pepali dalam rangka Hari Jadi ke-299 Kabupaten Grobogan menjadi ajang memperlihatkan pusaka ampuh nusantara keris sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai barang peninggalan milik bangsa Indonesia.
"Ada ribuan keris dipamerkan di sini, keris tertua dibuat pada masa jaman Kerajaan Singosari hingga Kerajaan Medang Kemulan," kata Ketua Panitia Pameran Tosan Aji Didik Budiharjo.
Ribuan keris pusaka peninggalan leluhur dipamerkan di sini, ungkap Didik Budiharjo, dibawa okeh ratusan kolektor dari berbagai daerah di Indonesia seperti Solo, Jakarta, Bojonegoro, Tuban, Madura, Lombok dan Palembang yang dibuat oleh para empu dari sejak masa kerajaan nusantara, masa jelang kemerdekaan dan setelah kemerdekaan.
Pada pameran keris digelar di Grobogan ini, menurut Didik Budiharjo, diikuti 125 peserta menampilkan keris-keris koleksi anggota paguyuban dari wilayah Grobogan dan kolektor serta pedagang atau pebursa tosan aji yang datang dari berbagai daerah dengan koleksi tertua pada jaman Kerajaan Singosari dan Medang Kanukan.
Keris dari era Singosari dan Medang, demikian Didik Budiharjo, tergolong langka dan menjadi daya tarik utama dalam pameran tersebut, karena pada material dibuat dari campuran besi, baja, dan meteorit dengan pamor satrio pinayungan, banyumili dan bolorejo, sedangkan keris masa kini umumnya berbahan dasar nikel,” jelas dia.
Dalam pameran berlangsung tiga hari ini, lanjut Didik Budiharjo, rata-rata setiap peserta membawa 100 keris, juga ikut serta dipamerkan cincin batu akik hingga semakin menarik pengunjung. "Kami berharap generasi muda akan menghargai dan menjaga warisan leluhur agar tidak diklaim oleh bangsa lain," Imbuhnya.(H-2)