
DALAM lima tahun terakhir ini, perguruan tinggi (PT) dan sivitas akademika Indonesia patut berbangga. Banyak rekognisi global dari beragam lembaga pemeringkatan global menunjukkan progres sesuai dengan harapan. Itu seiring dengan membaiknya budaya akademik melalui publikasi karya ilmiah pada jurnal bereputasi internasional.
Rekognisi di atas selaras dengan visi Indonesia emas 2045 dalam mengembangkan SDM Indonesia yang unggul. Dalam Rencana Kerja Pemerintah 2025, Kementerian PPN/Bappenas menyampaikan intervensi kebijakan berupa penguatan PT sebagai pusat keunggulan iptek dan inovasi berbasis kewilayahan dan berdaya saing. Frasa itu menunjukkan pentingnya PT berkelas dunia menjadi katalis pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia.
Dalam 10 tahun terakhir, rekognisi global PT Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan publikasi ilmiah yang dihasilkan. Namun, dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat perlu ditingkatkan sebagaimana keberhasilan negara maju dalam memanfaatkan PT berkelas dunianya sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi regionalnya.
REKOGNISI GLOBAL
Ivy League menjadi standar tertinggi bagi PT berkelas dunia. Itu dibentuk pada 1954, delapan perguruan tinggi swasta yang berlokasi di pantai timur Amerika Serikat. Jumlah mahasiswanya kecil, tetapi berpendapatan besar yang berasal dari riset terhilirisasi dan dimanfaatkan pemerintah dan industri.
Seiring dengan waktu, perguruan tinggi di pantai barat juga mulai mengimbangi, khususnya sejak Silicon Valley menjadi pusat industri berteknologi tinggi. Ivy League mengilhami lahirnya Russell Group di Inggris atau Group of Eight di Australia.
Sejak awal 1980-an, rekognisi global lebih banyak merepresentasikan bidang ilmu tertentu. Misalnya best business schools, best law schools, best medical schools, atau best engineering schools. Setelah dikaji dan dipublikasikan majalah-majalah terkemuka dunia, daftar tersebut menjadi referensi utama orangtua dan anak mereka sebelum berkuliah.
Pada level universitas, pemeringkatan pertama dilakukan Academic Ranking World University (ARWU) dari Shanghai Jiao Tong University pada 2003. Sejak itu, lembaga pemeringkatan level universitas lahir, seperti Times Higher Education (THE) dan Quacquarelli Symond (QS). Ketiga lembaga pemeringkatan PT itu menjadi acuan di seluruh dunia, dengan >30 lembaga yang saat ini ada.
Kajian Uslu (2020) menemukan bahwa bobot reputasi riset berdampak 73,71% pada pemeringkatan ARWU, THE, dan QS. Kondisi itu menjadikan riset fokus utama perguruan tinggi berkelas dunia. Database Scopus dengan cakupan komprehensif dari semua bidang ilmu memiliki >28.300 jurnal dan > 97,3 juta artikel ilmiah menjadi dasar pemeringkatan THE dan QS. Adapun ARWU menggunakan Web of Science sebagai database, yang mencakup 22.200 jurnal.
SCIENCE CITIES 2024
Meskipun tidak digunakan ketiga lembaga pemeringkatan di atas karena cakupannya terbatas, Nature Index menjadi perhatian banyak policy maker dunia. Konsistensi Nature yang selama ini konsisten menerbitkan jurnal-jurnal akademis bereputasi tinggi bidang alam dan kesehatan menjadi dasar proyeksi negara, wilayah, universitas, atau perusahaan yang akan menjadi trendsetter masa datang.
Itu terjadi khususnya untuk industri berorientasi masa depan, seperti biotechnology, semiconductors, artificial intelligence, sustainable energy, neuroscience, robotics, scpace, dan cryptography.
Separuh dari Top 20 Science Cities 2024 berasal dari Tiongkok, dengan Beijing dan Shanghai menjadi pemuncak mengalahkan New York dan Boston di peringkat ketiga dan keempat. Mengejutkannya, terdapat 36 kota di Tiongkok yang masuk daftar Top 200. Ibu kota provinsi telah mengimbangi, bahkan melebihi, kota-kota di Amerika Serikat dan Eropa sebagai pusat ilmu pengetahuan dan teknologi.
Yang menarik ialah tiap kota di Tiongkok tersebut menspesialisasikan diri pada sektor teknologi tertentu, misalnya mobil listrik atau solar energy. Terdapat keselarasan dan pembagian spesialisasi disesuaikan dengan program nasional untuk mentransformasi ekonomi menjadi knowledge-driven high-tech industries - Made in China 2025. Menurut Simon Baker, editor Nature Index, keberhasilan tersebut merupakan kombinasi dari kemajuan ilmu pengetahuan, kebijakan ekonomi, dan strategi (geo)politik untuk mengantarkan Tiongkok menjadi pemimpin global pada 2049.
BELAJAR DARI HEFEI
Hefei ialah kota berbasis pertanian dengan jarak +500 km dari Shanghai. Cukup sulit mengimbangi kinerja pertumbuhan kota-kota yang memiliki pelabuhan langsung dengan laut lepas. Dalam dua dekade terakhir, Hefei bertransformasi menjadi tempat produksi mobil listrik terbesar keempat Tiongkok, dengan Nio, BYD, dan VW berproduksi di sana. Ukuran ekonomi Hefei tumbuh 25 kali (dua kali rerata pertumbuhan ekonomi Tiongkok). PDRB per kapita penduduknya mencapai RMB130,074 (+US$18,246) pada 2023.
Dalam Science Cities Index, Hefei berperingkat ke-15, di bawahnya London (#14) dan di atas Los Angeles (#16). Di kota itu terdapat University of Science and Technology of China (USTC), dengan #53 dunia di The World University Ranking 2025. Dalam Nature Index, USTC menempati #2 setelah Harvard. Mengejutkannya, Stanford (#13), MIT (#14), Oxford (#15), Tokyo (#16), Cambridge (#17), dan Michigan (#20) jauh di bawah PT bergengsi lain di Tiongkok. Apalagi 13 dari Top 20 PT di Nature Index berasal dari Tiongkok.
Saat ini, Hefei menjadi model pertumbuhan ekonomi ketiga dari Tiongkok, setelah Shenzhen dan Wenzhou. Pemerintah kotanya menjalankan kebijakan knowledge-driven high-tech industries mengandalkan talenta berkompetensi tinggi, khususnya peneliti dan lulusan USTC.
Penyertaan jejaring akademik yang dimiliki, baik secara nasional dan global, menjadi lahan subur bertumbuhnya industri berkelas dunia. Terobosan dalam teknologi mobil listrik, seperti baterai solid-state berbiaya rendah yang dikembangkan di dalamnya, menjadi game changer pasar global.
Kesinambungan rantai pasok ilmu pengetahuan dari riset dasar hingga hilirisasi dapat sukses dengan dukungan pasar domestik yang besar dan berlimpahnya talenta. Dukungan didapat dari Presiden hingga Wali Kota menjadikan Hefei saat ini menjadi rumah pusat produksi teknologi tinggi, dari artificial intelligence, mobil listrik, hingga nuclear fusion.
Talenta yang ada tidak hanya diserap perguruan tinggi sebagai peneliti atau industri sebagai pengelola bisnis, tetapi juga menjadi pegawai pemerintah kota yang menjembatani kebutuhan riset industri dengan universitas. Keputusan pemerintah untuk investasi atau mengembangkan rantai nilai pada industri strategis yang nantinya akan mentransformasi ekonomi Hefei menjadi andil aktif para pegawai beserta wali kota mereka.
REKOMENDASI
Memiliki PT berkelas dunia perlu dimanfaatkan untuk menjadi katalis pertumbuhan ekonomi regional Indonesia. Saat ini, belum terlihat pemanfaatan hasil riset yang dilakukan PT berkelas dunia dalam memajukan daerah sebagaimana yang terjadi secara masif di Tiongkok.
Presiden Prabowo Subianto telah melantik 481 kepala daerah baru hasil pilkada serentak 2024 yang tidak digugat di MK pada 20 Februari 2025. Setelah menjalani retret bersama di Akademi Militer Magelang, kepala daerah dan PT perlu proaktif berdiskusi. Tidak hanya program 100 hari pertama kerja, tetapi juga transformasi ekonomi apa yang akan dilakukan di daerah tersebut.
Khusus daerah yang memiliki PT berkelas dunia (baik di THE maupun QS), perlu roadmap jangka menengah dan panjang industri strategis apa yang akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di masa datang. PT berkelas dunia dapat berperan sebagai katalisator (Evans dan Schmalensee, 2007) yang membantu kepala daerah mengonsep dan menghubungkan pelaku-pelaku ekonomi agar agenda transformasi ekonomi dengan target tumbuh 8% per tahun tercapai.