Kapal Misi Kemanusiaan ke Gaza Terbakar, FFC Tuduh Serangan Drone Israel

13 hours ago 2
Kapal Misi Kemanusiaan ke Gaza Terbakar, FFC Tuduh Serangan Drone Israel Kapal bantuan kemanusiaan Conscience yang dioperasikan Freedom Flotilla Coalition mengalami kebakaran di perairan internasional dekat Malta dan diduga diserang drone Israel.( Freedom Flotilla Coalition)

KAPAL bantuan kemanusiaan yang tengah menuju Gaza mengalami kebakaran hebat dan mengirimkan sinyal SOS di perairan internasional dekat Malta pada Jumat dini hari. Kelompok pengorganisir kapal, Freedom Flotilla Coalition (FFC), menuduh kapal mereka diserang drone milik Israel.

Kapal bernama Conscience itu tengah membawa bantuan kemanusiaan dan dioperasikan FFC, sebuah koalisi aktivis internasional yang berupaya mengakhiri blokade Israel terhadap Gaza. Dalam keterangannya kepada CNN, juru bicara FFC, Yasemin Acar, menyatakan kapal mengalami kebocoran dan kini dalam kondisi hampir tenggelam. 

“Ada lubang besar di lambung kapal, dan kapal mulai tenggelam,” ujarnya melalui sambungan telepon dari Malta.

Pemerintah Malta mengonfirmasi kapal sepanjang 68 kaki tersebut membawa 16 orang—12 awak kapal dan 4 penumpang sipil. Sebelumnya, FFC menyebut jumlah penumpang sebenarnya mencapai 30 orang. Pihak Angkatan Bersenjata Malta melaporkan kebakaran berhasil dipadamkan dan tidak ada korban luka. Sebuah kapal tug telah dikirim untuk membantu, namun seluruh awak menolak menaikinya dan lebih memilih tetap berada di kapal untuk memadamkan api dari dalam.

Kapal tersebut seharusnya merapat ke Malta untuk menjemput sejumlah aktivis internasional sebelum melanjutkan perjalanan lebih dari 1.600 kilometer menuju Gaza. Di antara yang dijadwalkan naik kapal adalah aktivis iklim Greta Thunberg dan mantan kolonel Angkatan Darat AS Mary Ann Wright, meski keduanya tidak berada di atas kapal saat insiden terjadi.

"Relawan dari lebih dari 21 negara telah berkumpul di Malta untuk misi ini, termasuk tokoh-tokoh terkemuka," demikian pernyataan FFC.

Ketua penyelenggara flotilla, Thiago Avila, mengatakan ia dan aktivis lain sempat mencoba mendekati kapal pada Jumat sore untuk memberikan bantuan, namun dihalangi penjaga laut Malta yang menjaga perimeter kapal. Mereka berencana untuk mencoba kembali pada keesokan paginya.

FFC menyatakan kapal mereka kini berada di luar wilayah perairan teritorial Malta dan masih dicegah untuk memasuki pelabuhan. Mereka mendesak pemerintah Malta memberikan jalur aman untuk kapal, dengan alasan risiko serangan lanjutan.

Mary Ann Wright menambahkan, “Kami siap naik kapal. Bisa saja siapa pun dari kami yang jadi korban. Ini benar-benar gila. Kapal hanya berlabuh menunggu kami, dan ada yang mengirim drone untuk menyerang?”

Hingga kini, belum ada bukti yang secara langsung mengonfirmasi bahwa drone berasal dari Israel, dan militer Israel menolak memberikan komentar. Namun FFC menuding Israel bertanggung jawab atas serangan itu dan menyebut bahwa para duta besar Israel harus dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum internasional, termasuk pemboman kapal sipil di perairan internasional.

Sementara itu, pesawat kargo militer Israel jenis C-130 Hercules tercatat terbang dari Israel ke Malta pada Kamis siang, berdasarkan data dari situs pelacakan ADS-B Exchange. Pesawat tersebut tidak mendarat di Malta, tetapi sempat terbang rendah selama beberapa waktu di atas wilayah timur Malta. Meskipun demikian, data ini tidak membuktikan keterlibatan langsung dalam serangan. Militer Israel juga menolak menanggapi informasi tersebut.

Peristiwa ini mengingatkan publik pada insiden tahun 2010, saat Israel menyerang kapal bantuan kemanusiaan di perairan internasional, menewaskan sembilan orang. Satu korban lain meninggal dunia pada 2014 setelah koma selama empat tahun.

Video yang diunggah FFC memperlihatkan kobaran api dan asap di atas kapal, disertai suara dua ledakan keras. Foto-foto dari dalam kapal menunjukkan lubang besar dan kerusakan struktural yang parah akibat api dan ledakan. Menurut Trevor Ball, mantan tim penjinak bom militer AS, kerusakan yang terlihat konsisten dengan penggunaan dua jenis munisi peledak kecil.

Di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza sejak blokade total diberlakukan Israel pada 2 Maret lalu, kapal ini menjadi simbol perlawanan sipil global. Dengan gudang-gudang bantuan yang kosong, dapur umum yang kehabisan persediaan, dan harga bahan pokok yang meroket di Gaza, kapal ini membawa harapan bagi dua juta warga Palestina yang tengah bertahan dalam kelaparan.

Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, mengatakan di media sosial bahwa ia menerima panggilan darurat dari awak Freedom Flotilla dan menyerukan agar otoritas maritim mendukung misi tersebut. “Saya percaya pihak berwenang akan memverifikasi fakta dan bertindak dengan semestinya,” ujarnya. (CNN/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |