Kakak Juliana Marins Soroti Keterlambatan Evakuasi

16 hours ago 5
Kakak Juliana Marins Soroti Keterlambatan Evakuasi Proses evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani(Dok Tim SAR)

MARIANA Marins, kakak dari mendiang Juliana Marins, angkat bicara soal tragedi yang menimpa adiknya saat mendaki Gunung Rinjani. Dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (11/7) di Brasil, ahli forensik Brasil menyebut Juliana sempat bertahan hidup selama lebih dari 32 jam setelah jatuh pertama kali dari jalur pendakian.

Dalam pernyataannya, Mariana menjelaskan kronologi kejadian yang menewaskan Juliana. Menurutnya, sang adik pertama kali terpeleset dan jatuh sejauh 220 meter dari jalur utama, termasuk meluncur 61 meter di dinding batu terjal.

Sang kakak menjelaskan foto terakhir Juliana dalam keadaan hidup diambil oleh drone pada pukul 06.59 pagi waktu Indonesia tanggal 21 Juni. Pada pukul 07.51 pagi, Juliana terakhir kali terlihat oleh seorang turis asal Spanyol sebelum turis tersebut kembali ke perkemahan. 

Saat itu, imbuhnya, Juliana masih sempat berteriak meminta bantuan kepada para turis Eropa. Namun menurut Mariana, pertolongan datang terlambat. Tim Basarnas baru berhasil turun sejauh 150 meter dengan tali setelah 18 jam namun Juliana berada jauh di bawah titik tersebut.

Dari rekontruksi kejadian berdasarkan keterangan ahli dan pihak keluarga, Juliana diketahui awalnya terpeleset sejauh 60 meter dari jalur pendakian.

Dia lalu terjatuh sejauh 220 meter dalam insiden yang disebut sebagai jatuh pertama. Setelah itu, ia mengalami jatuh kedua sejauh 60 meter dan bertahan hidup dalam kondisi kritis selama 15 menit sebelum akhirnya meninggal dunia. 

"Fakta bahwa Basarnas baru dihubungi cukup lama setelah kecelakaan sudah merupakan hal yang patut dipertimbangkan. Mereka sebenarnya sudah tahu bahwa ini adalah kecelakaan serius. Tanpa peralatan yang memadai untuk mencapai lokasi, ada banyak faktor yang perlu diperhitungkan," ujar kakak Juliana seperti dilaporkan media Brasil, G1.

“Beberapa kecelakaan lain sebenarnya pernah terjadi di lokasi yang sama, tapi tidak pernah sebesar ini dampaknya,” tambahnya.

Pihak keluarga juga menyoroti kematian Juliana setelah autopsi kedua dilakukan di Brasil. Pakar forensik dari Kepolisian Sipil, Reginaldo Franklin, menyebut waktu kematian diperkirakan sekitar pukul 12.15 siang tanggal 22 Juni waktu Indonesia, yaitu sekitar 32 jam setelah Juliana pertama kali jatuh.

Ia menjelaskan tubuh Juliana mengalami sejumlah luka berat, termasuk patah tulang rusuk, patah tulang paha, dan luka di bagian panggul yang menyebabkan perdarahan hebat. Terdapat pula luka di kepala yang menyebabkan pendarahan otak. Salah satu tulang rusuk bahkan menembus paru-paru dan menyebabkan pneumotoraks.(H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |