
SELAIN penanganan banjir di Jabodetabek yang perlu dikebut. Pemerintah dan masyarakat juga perlu memperhatikan pencegahan berbagai penyakit yang berpotensi muncul saat banjir terjadi.
Pertama, penyakit diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu. Pada saat banjir, maka sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar.
"Disamping itu disaat banjir ada kemungkinan akan terjadi pengungsian dimana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Hal tersebut potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama, Rabu (5/3).
Untuk itu ia menganjurkan agar membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan/minum serta sehabis buang hajat, membiasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari, menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah disekitar tempat tinggal, serta tidak lupa menghubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare.
Penyakit lainnya yang perlu diwaspadai saat banjir terjadi yakni leptospirosis, yang disebabkan oleh bakteri yang disebut Leptospira, dan . ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus. Pada saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri.
Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia dimana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut. Seseorang yang mempinyai luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut berpotensi dapat terinfeksi dan akan menjadi jatuh sakit.
"Antisipasi yang bisa dilakukan seperti menekan dan hindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar kita, dengan selalu menjaga kebersihan, hindari bermain air saat terjadi banjir, terutama jika mempunyai luka, menggunakan pelindung misalnya sepatu, bila terpaksa harus ke daerah banjir, segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil," ujar Prof Tjandra.
Penyakit yang diwaspadai selanjutnya antara lain peningkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan peningkatan penyakit kulit, baik berupa infeksi, alergi atau bentuk lain.
"Kalau musim banjir maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik, dan juga daya tahan tubuh jadi menurun. Belum lagi kalau ada tempat pengungsian sementara yang padat sehingga penularan ISPA dan penyakit kulit lebih mudah terjadi," jelasnya.
Kemudian penyakit cerna lain, misalnya demam tifoid dan lainnya. Juga harus di antisipasi tentang kemungkinan peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Ada dua hal yang perlu diantisipasi sehubungan dengue ini, pertama genangan air yang menjadi perindukan nyamuk dan ke dua adalah penjelasan Kementerian Kesehatan beberapa minggu yang lalu (bahkan sebelum banjir) yang memang menyebutkan kita perlu mewaspadai dengue ini.
Ke lima, perlu diantisipasi perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari.
"Untuk itu maka setidaknya perlu tiga hal, pertama konsultasi pada petugas kesehatan tentang penyakit kronik yang memang sudah lama di alami, ke dua jangan lupa konsumsi obat rutin untuk mengendalikan penyakit kronik dan ke tiga adalah selalu menjaga daya tahan tubuh," pungkasnya. (H-4)