Israel Siap Perluas Operasi Militer di Gaza, Netanyahu: Tidak Ada Lagi Sistem Masuk-Keluar

4 hours ago 1
 Tidak Ada Lagi Sistem Masuk-Keluar PM Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan perluasan operasi militer di Gaza dengan rencana pemindahan penduduk ke wilayah selatan.(Media Sosial X)

PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan penduduk Gaza akan dipindahkan ke selatan, setelah kabinet keamanannya menyetujui operasi militer yang diperluas di wilayah tersebut. Seorang menteri menyebut operasi itu sebagai rencana untuk “menaklukkan” wilayah itu.

Pemungutan suara, Minggu, dilakukan beberapa jam setelah militer menyatakan akan mengerahkan puluhan ribu pasukan cadangan. Pengerahan itu memperkuat kapasitasnya untuk beroperasi di wilayah Palestina yang terkepung tersebut.

“Satu hal yang pasti: tidak akan ada sistem masuk-dan-keluar,” kata Netanyahu dalam pesan video yang diposting di X. “Kami akan memanggil cadangan untuk datang dan menguasai wilayah — kami tidak akan masuk lalu keluar lagi hanya untuk melakukan serangan sesekali. Itu bukan rencananya. Maksudnya justru sebaliknya.”

“Akan ada perpindahan penduduk untuk melindungi mereka,” kata Netanyahu mengenai “operasi yang diperkuat” tersebut.

Seorang pejabat keamanan tinggi Israel sebelumnya mengatakan operasi di Gaza, yang disebut “Kereta Perang Gideon”, telah disetujui secara bulat oleh kabinet keamanan. Operasi ini bertujuan menundukkan Hamas dan membebaskan semua sandera.

Rencana itu akan dilaksanakan setelah kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah, minggu depan, guna “memberikan jendela peluang” bagi kesepakatan pembebasan sandera, tambah pejabat tersebut. “Jika tidak tercapai kesepakatan sandera, Operasi Kereta Perang Gideon akan dimulai dengan kekuatan penuh dan tidak akan berhenti sampai semua tujuannya tercapai.”

Rencana tersebut, menurutnya, adalah memindahkan seluruh populasi Gaza ke bagian selatan wilayah tersebut, setelah itu blokade total terhadap bantuan kemanusiaan mungkin akan dicabut. Ia menambahkan bahwa militer “akan tetap berada di setiap wilayah yang berhasil mereka kuasai.”

“Dalam kesepakatan sementara maupun permanen, Israel tidak akan menarik diri dari zona penyangga keamanan di sekitar Gaza, yang dimaksudkan untuk melindungi komunitas Israel dan mencegah penyelundupan senjata ke Hamas,” tambah pejabat itu.

“Kita berada di ambang masuk besar-besaran ke Gaza berdasarkan rekomendasi dari Staf Umum,” kata Netanyahu dalam pesan videonya, seraya menambahkan bahwa para pejabat militer telah memberitahunya bahwa sudah waktunya untuk “memulai langkah akhir.”

‘Tujuan tertinggi’

Menurut juru bicara militer tertinggi Brigadir Jenderal Effie Defrin, “tujuan tertinggi” dari operasi yang diperluas di Gaza adalah mengembalikan para sandera, bukan mengalahkan Hamas. Pernyataannya muncul seminggu setelah Netanyahu mengatakan “tujuan utama” perang adalah mengalahkan musuh-musuh Israel, bukan memulangkan sandera.

“Tujuan utama dari operasi ini adalah pengembalian para sandera. Setelah itu — runtuhnya kekuasaan Hamas, kekalahan dan penaklukannya — tetapi yang paling utama adalah mengembalikan para sandera,” kata Defrin saat menjawab pertanyaan tentang pesannya kepada keluarga sandera.

Pernyataan Defrin dengan cepat dikecam Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, yang mengatakan Defrin “bingung dan mengira militer berada di atas tingkat kepemimpinan politik.”

Keluarga para sandera segera mengecam pengumuman perluasan perang tersebut, khawatir bahwa pemerintah Israel lebih memprioritaskan kekalahan Hamas daripada mencapai kesepakatan pembebasan sandera — yang justru membahayakan mereka melalui operasi militer yang diperluas.

Saat ditanya apakah AS menyetujui rencana baru Israel tersebut, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Brian Hughes mengatakan kepada CNN: “Presiden telah dengan jelas menyatakan konsekuensi yang akan dihadapi Hamas jika terus menahan sandera, termasuk Edan Alexander (warga AS), dan jenazah empat warga Amerika lainnya. Hamas sepenuhnya bertanggung jawab atas konflik ini, dan atas dimulainya kembali permusuhan.”

Kemungkinan Aneksasi Gaza Tidak Dikesampingkan

Sementara itu, Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, mengatakan pada hari Senin bahwa “kita akhirnya akan menaklukkan Jalur Gaza.”

Aneksasi Gaza adalah sebuah kemungkinan, dan setelah militer memperluas operasinya di wilayah tersebut, mereka tidak akan mundur, bahkan jika Hamas menyetujui kesepakatan sandera baru, katanya dalam sebuah konferensi di Yerusalem, mengacu pada keputusan kabinet keamanan, Minggu.

Meskipun Smotrich bertanggung jawab atas keuangan negara, ia duduk di kabinet keamanan dan memiliki pengaruh besar terhadap Netanyahu, yang mengandalkan dukungannya untuk mempertahankan pemerintahannya.

Lebih dari 2.400 warga Palestina telah tewas di Gaza sejak pertengahan Maret, ketika Israel meluncurkan gelombang serangan mematikan, menghancurkan gencatan senjata yang telah berlangsung selama hampir dua bulan. Lebih dari 52.000 warga Palestina telah tewas sejak perang dimulai, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Perluasan pertempuran akan dilakukan secara bertahap untuk memberikan kesempatan pada kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera sebelum kunjungan Presiden AS Donald Trump ke kawasan tersebut pada pertengahan Mei, kata para pejabat. Trump dijadwalkan mengunjungi Arab Saudi, UEA, dan Qatar minggu depan, tetapi saat ini tidak ada rencana berhenti di Israel.

PBB menyatakan keprihatinannya atas rencana perluasan terbaru, dengan mengatakan  hal itu akan menyebabkan lebih banyak warga sipil terbunuh.

“Saya bisa katakan bahwa Sekretaris Jenderal sangat prihatin dengan laporan tentang rencana Israel memperluas operasi darat dan memperpanjang kehadiran militernya di Gaza,” kata Wakil Juru Bicara Sekjen PBB, Farhan Haq.

Blokade Israel terhadap semua bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza kini telah memasuki minggu kesembilan. (CNN/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |