
MENTERI Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo merespons kritik yang muncul dari mantan atlet wushu nasional, Lindswell Kwok, terkait pemberian jam tangan mewah Rolex oleh Presiden Prabowo Subianto kepada Timnas Sepak Bola Indonesia.
Kritik Lindswell muncul di tengah pemberitaan soal hadiah jam tangan Rolex yang diterima para pemain Timnas Indonesia usai kemenangan 1-0 atas Tiongkok dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Dito menegaskan bahwa bentuk apresiasi tersebut merupakan inisiatif pribadi Prabowo dan tidak menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Hal itu apresiasi pribadi dari Bapak Presiden, dan bukan berasal dari APBN,” ujar Dito saat dihubungi, Rabu (11/6).
Dito menambahkan, perhatian Presiden terhadap dunia olahraga layak disyukuri. Ia pun mengklaim bahwa Prabowo akan melakukan hal yang sama kepada para atlet yang berjuang membawa nama baik Indonesia.
"Sama halnya jika nanti atlet kita bisa mencetak sejarah di Asian Games dan Olimpiade, apresiasi pemerintah pasti menanti,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dito menyampaikan kabar soal pelatnas wushu junior yang sudah berjalan sejak November 2024 hingga April 2025.
"Untuk saat ini, pelatnas junior difokuskan dulu untuk Asian Youth Games di Bahrain, namun sayangnya wushu tidak dipertandingkan di sana," ungkapnya.
Namun demikian, ia memastikan bahwa pelatnas akan kembali berjalan setelah Asian Youth Games selesai, dengan target utama menuju Youth Olympic pada November 2026.
"Masih ada jarak satu tahun, dan kami siapkan lagi pelatnasnya," tandas Dito.
Sebagaimana diketahui, mantan atlet wushu nasional, Lindswell Kwok, melayangkan kritik pedas terhadap kebijakan pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto, khususnya terkait distribusi dana untuk cabang olahraga (cabor) di Indonesia.
Melalui unggahan di Instagram Story pribadinya @lindswell_k, ia menyoroti ketimpangan perlakuan terhadap cabor-cabor yang dianggap kurang populer namun terbukti berprestasi.
"Sudah adil belum pemerintah dalam memfasilitasi atlet-atletnya? Karena cabang olahraganya banyak peminat, lebih terkenal? Lantas bukannya prestasi itu dinilai dari pencapaian?" tulis Lindswell. (Ndf/M-3)