Ini Fakta Serangan Iran ke Pangkalan Militer AS di Qatar

4 hours ago 2
Ini Fakta Serangan Iran ke Pangkalan Militer AS di Qatar Kombinasi foto satelit ini, yang diperoleh dari Planet Labs PBC pada 19 Juni 2025, memperlihatkan perbandingan antara foto yang diambil pada 5 Juni 2025 (kiri), yang menunjukkan keberadaan pesawat-pesawat militer di Pangkalan Militer AS Al-Udeid di Qatar,(AFP)

IRAN meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer Amerika Serikat di Qatar, Senin (23/6), sebagai balasan atas serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu. Serangan ini menjadi babak terbaru dalam eskalasi konflik yang melibatkan Iran, Israel, dan Amerika Serikat, yang dalam beberapa hari terakhir telah mendorong ketegangan di Timur Tengah ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Target Serangan dan Motif Iran

Rudal-rudal Iran diarahkan ke Pangkalan Udara Al-Udeid, pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah yang juga menjadi markas komando operasi udara AS untuk kawasan tersebut. Beberapa personel militer Inggris juga dilaporkan bertugas secara bergilir di sana.

Menurut pernyataan dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), serangan ini merupakan respons terhadap serangan AS pada Sabtu malam yang menargetkan tiga fasilitas program nuklir Iran. IRGC menyatakan, “Iran tidak akan tinggal diam jika kedaulatannya dilanggar,” dan menambahkan  “pangkalan-pangkalan AS di kawasan bukanlah kekuatan, melainkan kelemahan.”

AS sebelumnya telah memperingatkan Iran untuk tidak membalas serangan terhadap fasilitas nuklirnya. AS mendorong penyelesaian diplomatik atas ketegangan yang memanas.

Jumlah rudal yang diluncurkan masih simpang siur. Iran mengklaim menembakkan enam rudal, AS menyebut 14, sementara Qatar dilaporkan mengatakan 19 rudal diluncurkan—semuanya berhasil dicegat.

Tidak ada laporan korban jiwa atau luka dalam serangan tersebut. Sebelum serangan terjadi, pemerintah AS dan Inggris telah mengimbau warganya di Qatar untuk berlindung di tempat. Menurut Departemen Luar Negeri AS, sekitar 8.000 warga negara AS dan ribuan warga Inggris tinggal di Qatar.

Respons Pasca-Serangan

Tak lama setelah serangan, muncul laporan Iran telah memberi peringatan dini kepada Qatar. Tiga pejabat Iran yang dikutip The New York Times mengonfirmasi Teheran telah memberitahu Doha untuk meminimalisir potensi korban.

Presiden Donald Trump mengucapkan terima kasih kepada Iran atas peringatan tersebut, dan menyebut serangan itu sebagai “tanggapan yang sangat lemah.” Ia menegaskan bahwa tak ada korban dan kerusakan yang berarti. “Mereka sudah meluapkan semuanya, dan kini ada peluang untuk perdamaian,” ujar Trump.

Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam serangan tersebut sebagai “pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan” negaranya, dan menegaskan Qatar sejak awal telah memperingatkan bahaya eskalasi yang dilakukan Israel.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan Iran tidak bermaksud menyakiti siapa pun dalam serangan tersebut, namun menegaskan sikap negaranya untuk tidak tunduk terhadap pelanggaran apa pun. “Kami tidak melanggar siapa pun, dan kami juga tidak akan menerima dilanggar oleh siapa pun,” ujarnya melalui platform X.

Tanda-Tanda Serangan

Sejumlah indikasi mengarah pada kemungkinan serangan Iran pada hari yang sama. Beberapa jam sebelum serangan, Qatar sempat menutup wilayah udaranya secara sementara. Imbauan “shelter in place” juga telah dikeluarkan AS dan Inggris.

Sekitar satu jam sebelum peluncuran rudal, BBC mendapat informasi mengenai "ancaman kredibel" terhadap pangkalan Al-Udeid. Sumber lain dari media AS juga menyebut Iran telah menyiapkan peluncur rudal yang diarahkan ke Qatar.

Situs pelacak penerbangan menunjukkan sejumlah pesawat mulai dialihkan dari Doha sebelum rudal diluncurkan. Bandara Internasional Hamad sendiri merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia, melayani sekitar 140.000 penumpang per hari.

Negara-negara tetangga seperti Bahrain dan Kuwait juga ikut menutup wilayah udaranya untuk sementara waktu.

Latar Belakang Konflik

AS melancarkan serangan besar terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (22/6), menyusul ketidakpastian apakah Washington akan terlibat dalam aksi militer Israel terhadap Iran yang dimulai pada 13 Juni.

Sejak saat itu, Israel terus menggempur sasaran militer dan nuklir di Iran, yang disebut sebagai langkah pencegahan untuk menggagalkan pembangunan senjata nuklir oleh Teheran. Pemerintah Israel dan AS selama bertahun-tahun berupaya mencegah Iran memiliki senjata nuklir, meski Iran bersikukuh bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil.

Pihak AS mengklaim serangan pada akhir pekan telah merusak signifikan infrastruktur nuklir Iran, meski dampak pastinya belum dapat dipastikan. (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |