Ingin Impor BBM Turun? Gas-to-Liquid (GTL) Solusinya!

1 day ago 6
Ingin Impor BBM Turun? Gas-to-Liquid (GTL) Solusinya! Kavita Sasi, mahasiswa Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (ITB)(DOK PRIBADI)

TAHUKAH kamu, dilansir dari Pertamina Energy Institute pada 2020, Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dan gas bumi (migas) di dunia. Indonesia memiliki cadangan minyak bumi per 2019 sebesar 3,8 miliar barel dan cadangan gas bumi sebesar 14 miliar barrel oil equivalent (BOE). 

Gambar 1. Cadangan Migas Indonesia status Desember 2019). (Sumber: Pertamina, 2020)

Akan tetapi, pada kenyataannya, Indonesia masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dalam jumlah yang besar karena konsumsi publik masih sangat tinggi, yaitu sebesar 75 kilo liter (kl) BBM dan 7,8 metric ton (MT) liquefied petroleum gas (LPG) pada 2019. Produksi dalam negeri belum mampu untuk memenuhi itu semua. 

Jika dilihat dari cadangan yang ada, sebenarnya Indonesia mampu mengurangi impor BBM tersebut dengan memanfaatkan gas menjadi bahan bakar cair dengan teknologi gas-to-liquid (GTL). GTL adalah teknologi yang digunakan untuk mengubah gas alam (CH4) menjadi gas sintesis (CO + H2) yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar cair. 

Teknologi ini menggunakan proses Fischer-Tropsch yang pertama kali ditemukan pada tahun 1923 oleh ilmuwan Jerman Franz Fischer dan Hans Tropsch. GTL ini memiliki kelebihan yaitu, ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi dan memiliki kandungan sulfur yang sangat rendah (< 1 ppm) yang dapat mencegah terjadinya korosi tembaga dan perak pada pembentuk trans yang terendam minyak (Adekunle. A, dkk, 2025). Proyek GTL ini telah berhasil dilakukan di beberapa negara, di antaranya Sasol Chevron di Afrika Selatan, Shell Global Solution di Bintulu Malaysia, dan Pearl GTL di Qatar.

Pertanyaannya, apakah Indonesia berpotensi untuk dilakukannya GTL? Jawabannya sangat berpotensi, karena terdapat beberapa daerah dengan penemuan cadangan migasnya yang besar. Beberapa di antaranya, Proyek Abadi oleh Inpex Masela Ltd di Laut Arafuru (Maluku) dengan cadangan migas sebanyak 4,6 BOE, Proyek Tangguh Train-3 oleh BP Berau Ltd di Bintuni (Papua Barat), dan Lapangan Banyu Urip oleh ExxonMobil di Cepu (Jawa Timur) (Setyono, A. E, dkk, 2021). 

Namun, pemanfaatan GTL di Indonesia tidak semudah itu, karena terdapat permasalahan pada kebijakan fiskal dan nonfiskal. Pemerintah yang memiliki wewenang untuk pola pengelolaan dan model bisnis hulu migas, mengatur perpajakan migas, dan wewenang lainnya yang berdampak pada investasi di sektor migas. 

Jika pemerintah memperketat fiskal untuk meningkatkan penerimaan negara, Indonesia akan menjadi tidak menarik lagi bagi investor migas. Sebaliknya, jika pemerintah melonggarkan kebijakan fiskal, penerimaan negara akan mengalami penurunan (Setyono, A. E, dkk, 2021). 

Diharapkan ada kebijakan lain dari pemerintah yang mampu memberikan keuntungan antara kedua belah pihak, agar investor tertarik untuk berinvestasi dan penerimaan negara pun dapat meningkat. Dengan begitu, bila investor dan pemerintah sepakat untuk memulai proyek GTL ini, Indonesia mampu mengurangi angka impor BBM karena dapat memproduksi dan menjual migas sendiri untuk dikomersialkan kepada masyarakat. 

Harga beli BBM dalam negeri akan lebih murah dan angka inflasi pun akan menurun karena sebagian besar transaksi migas yang semula menggunakan mata uang dolar AS berubah menjadi mata uang sendiri yaitu rupiah.

Referensi:

Adewunmi Adekunle, A., Brahami, Y., Coulibaly, M. L., Courtellemont, R., Meghnefi, F., & Fofana, I. (2025). Bio-based hydrocarbon and Gas-to-Liquid (GTL) insulating liquids for power transformers: A comprehensive review. Transformers Magazine, 12(1), 104-117. https://hrcak.srce.hr/327390 

ANALISIS KEEKONOMIAN PROYEK GAS-TO-LIQUID SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN CADANGAN GAS ALAM INDONESIA. (2019). Petro : Jurnal Ilmiah Teknik Perminyakan, 7(4), 171-174. https://doi.org/10.25105/petro.v7i4.4287 

Pertamina  Energy  Institute.  (2020).  Pertamina Energy  Outlook  2020.  Jakarta:  Pertamina  Energy Institute.
Rahmim, I. I. (2003, June). Gas-to-liquid technologies: recent advances, economics, prospects. In 26th IAEE Annual International Conference, Prague, June.

Setyono, A. E., & Kiono, B. F. T. (2021). Dari Energi Fosil Menuju Energi Terbarukan: Potret Kondisi Minyak dan Gas Bumi Indonesia Tahun 2020 – 2050. Jurnal Energi Baru dan Terbarukan, 2(3), 154-162. https://doi.org/10.14710/jebt.2021.11157 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |