
INDUSTRI daur ulang baterai sebagai salah satu subsektor penting dalam ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) terus tumbuh di Indonesia. Komitmen untuk melakukan inovasi dan kolaborasi oleh pemerintah dan sektor swasta berperan penting dalam perkembangan tersebut.
Pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mendorong inovasi daur ulang baterai dengan berbagai metode. Ini termasuk melalui metode pirometalurgi, hidrometalurgi, serta daur ulang langsung. Berbagai pengembangan tersebut diharapkan mampu membuka lebih banyak alternatif untuk industri daur ulang baterai EV semakin maju di masa depan.
Menanggapi hal tersebut, National Project Manager Entrev, Boyke Lakaseru, mengatakan bahwa industri daur ulang baterai akan memainkan peran penting dalam ekosistem EV di Indonesia. Soalnya, penggunaan EV secara masif punya risiko lingkungan yang cukup besar jika tidak diantisipasi.
"Baterai EV kan punya umur pakai, saat ini sekitar 7 tahun. Jadi, untuk menjaga penggunaan EV tetap berkelanjutan dan ramah lingkungan, industri daur ulang baterai juga mesti diperkuat," ujar Boyke dalam keterangannya, Selasa (6/5).
Pihaknya bersama dengan Ditjen Ketenagalistrikan dan Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta pemangku kepentingan terkait terus mendorong terbentuknya manajemen limbah baterai yang berkelanjutan. Kolaborasi ini juga didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup sebagai pengampu limbah dan sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) guna menjamin lingkungan terjaga dari pencemaran dalam manajemen limbah tersebut.
Konsep ekonomi sirkuler dalam industri daur ulang baterai juga penting. Hal ini krusial agar limbah baterai EV bisa didaur ulang dan dapat dipergunakan kembali. "Membangun industri daur ulang baterai yang kuat membutuhkan kolaborasi dari seluruh pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga pengguna EV," pungkasnya. (I-2)