Harga Kedelai Melonjak, Perajin Tahu dan Tempe di Jawa Tengah Menjerit

1 day ago 6
Harga Kedelai Melonjak, Perajin Tahu dan Tempe di Jawa Tengah Menjerit Perajin tempe dan tahu tengah melakukan proses produksi. Usaha ini terancam tutup akibat melonjaknya harga kedelai impor.(MI/Akhmad Safuan)

PERAJIN tahu dan tempe di sejumlah daerah di Jawa Tengah menjerit akibat harga kedelai impor melonjak. Mereka khawatir tidak dapat berproduksi kembali karena sangat sulit menaikkan harga hasil produksi tahu dan tempe di pasaran.

Pemantauan Media Indonesia (15/4) perajin tahu dan tempe di sejumlah daerah di Jawa Tengah mulai menjerit dan mengurangi produksi mereka lantaran kenaikan harga kedelai impor. Dampaknya produksi tahu dan tempe di sejumlah pasar tradisional berkurang dari biasanya. Para pedagang mulai menaikkan harga sekitar Rp500 per potong.

Harga bahan dasar makanan khas Indonesia ini yakni kedelai melambung dari sebelumnya Rp8.500 per kilogram menjadi Rp9.700 per kilogram. "Kami mengurangi produksi. Biasanya bisa menghabiskan 25 kilogram kedelai per hari, sekarang paling banyak 15 kilogram," ujar Sholichin, 45, perajin tempe di Semarang.

Hal serupa juga diungkapkan Suradi,50, perajin tahu dan tempe di Tandang, Kota Semarang. Dia mengatakan kenaikan harga kedelai impor tersebut sangat mempengaruhi produksi tahu dan tempe. Para perajin umumnya memilih mengurangi produksi sesuai market yang dimiliki setiap hari, karena khawatir tidak laku dan rusak.

Perajin tahu dan tempe di Pati Sutrimo, 55, mengaku dampak kenaikan kedelai impor ini, para perajin menyiasati dengan mengurangi ukuran produksi, karena kenaikan bagan dasar cukup memberatkan. "Mengurangi ukuran saja, beralih ke kedelai dalam negeri juga tidak mudah karena mempengaruhi kualitas produksi," imbuhnya.

Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Tengah Sutrisno Supriantoro membenarkan melambungnya harga kedelai impor ini cukup menyulitkan para perajin tahu dan tempe. Para perajin makanan khas Indonesia ini yang pada umumnya merupakan pengusaha UMKM dikhatirkan tidak mampu bertahan.

Kenaikan harga kedelai dari sebelumnya Rp8.500 per kilogram menjadi Rp9.700 per kilogram ini, ungkap Sutrisno, diperkirakan akibat kebijakan tarif impor yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat (AS). Juga karena melonjaknya dolar AS yang sempat naik hingga Rp17.000 per dolar.

Sutrisno menambahkan, selain harganya mahal, kedelai impor juga sulit diperoleh. "Kami khawatir harga kedelai ini akan terus naik hingga akhirnya perajin kecil seperti kami tidak bisa lagi membeli bahan baku, karena idealnya harga kedelai di kisaran harga Rp8.000 per kilogram,” imbuhnya.

Menghadapi kondisi ini dan mengantisipasi kondisi terburuk, kata Sutrisno, Kopti Jawa Tengah telah mengambil langkah sigap yakni mengirimkan surat permohonan bantuan kepada pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota se-Jawa Tengah agar segera turun tangan agar usaha rakyat ini tidak tumbang. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |