Hamas Bebaskan Sandera Israel-Amerika Edan Alexander

4 hours ago 2
Hamas Bebaskan Sandera Israel-Amerika Edan Alexander Hamas membebaskan sandera Israel-Amerika Edan Alexander setelah 19 bulan ditahan, sebagai isyarat niat baik menjelang kunjungan Donald Trump ke Timur Tengah.(IDF)

HAMAS telah membebaskan sandera Israel-Amerika yang ditahan selama 19 bulan kepada pasukan Israel. Pembebasan itu sebagai bagian dari upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata baru, demikian disampaikan kelompok tersebut.

Edan Alexander, 21, merupakan tentara Israel yang bertugas di perbatasan Gaza saat ia ditangkap militan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Pada Senin, Israel menghentikan operasi militernya di Gaza selama beberapa jam untuk memfasilitasi proses pemindahan. Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada BBC, pembebasan ini dimaksudkan sebagai isyarat niat baik menjelang kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah pada Selasa.

Trump Ucapkan Selamat

Alexander diyakini sebagai warga negara AS terakhir yang masih hidup dan ditahan  Hamas. Trump menyampaikan "selamat" kepada keluarganya atas pembebasan tersebut.

Dalam pernyataannya, keluarga Alexander mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS. Mereka juga mendesak pemerintah Israel dan para negosiator untuk terus berupaya membebaskan 58 sandera lainnya yang masih ditahan.

Alexander merupakan sandera pertama yang dibebaskan Hamas sejak Israel melanjutkan serangan militernya pada 18 Maret, setelah gencatan senjata dua bulan berakhir.

Diserahkan ke Palang Merah

Pada hari Senin, Alexander terlihat bersama militan Hamas yang mengenakan penutup wajah saat mereka menyerahkannya kepada petugas Palang Merah di Kota Khan Younis, Gaza bagian selatan.

Ia kemudian diserahkan kepada otoritas Israel di Gaza sebelum akhirnya dipertemukan kembali dengan keluarganya di wilayah selatan Israel. Militer Israel mengatakan telah menyediakan "koridor aman" untuk pembebasan Alexander.

Sebuah video yang dibagikan melalui akun X Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperlihatkan Yael Alexander berbicara dengan putranya melalui telepon. "Kamu kuat. Kamu dilindungi. Kamu sudah pulang," ujarnya dalam video tersebut.

Netanyahu menyebut kembalinya Alexander sebagai "momen yang sangat mengharukan" dan berterima kasih kepada Trump atas dukungannya.

Ia menambahkan pembebasan ini dimungkinkan karena tekanan militer terhadap Hamas dan "tekanan politik dari Presiden Trump".

Operasi Militer

Netanyahu juga menegaskan Israel akan melanjutkan rencana untuk meningkatkan operasi militernya di Gaza. Perdana Menteri Israel itu tidak akan memberlakukan gencatan senjata.

Sebelumnya, Hamas mengatakan pembebasan Alexander dimaksudkan untuk mempermudah tercapainya kesepakatan mengenai masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Israel telah memblokir seluruh pasokan makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan lainnya ke Gaza selama 70 hari. Lembaga bantuan mengatakan kebijakan ini sama saja dengan kelaparan massal dan bisa tergolong sebagai kejahatan perang. Israel juga melanjutkan pengeboman udara dan operasi militer lainnya di wilayah tersebut sejak pertengahan Maret.

Hamas sebelumnya menyatakan hanya akan menyetujui kesepakatan yang mencakup penghentian perang secara menyeluruh, namun hal ini berulang kali ditolak oleh Netanyahu.

Trump dijadwalkan tiba di Timur Tengah pada hari Selasa. Israel berjanji akan memperluas serangan militer terhadap Hamas jika tidak ada kesepakatan yang tercapai hingga akhir kunjungannya.

Pejabat Israel mengatakan bahwa rencana serangan militer yang diperluas mencakup pengambilalihan penuh wilayah Gaza, pemindahan paksa warga Palestina ke selatan, serta pengambilalihan distribusi bantuan melalui perusahaan swasta — meskipun mendapat penolakan dari PBB dan mitra kemanusiaannya yang menyatakan tidak akan bekerja sama karena bantuan tersebut seolah-olah telah dijadikan "senjata".

Qatar

Israel dijadwalkan mengirim perwakilan ke Qatar pada hari Kamis untuk membahas proposal pembebasan sandera berikutnya.

Qatar dan Mesir menyebut pembebasan Alexander sebagai tanda yang menjanjikan akan dimulainya kembali pembicaraan gencatan senjata.

Lahir di Tel Aviv dan dibesarkan di New Jersey, Alexander bertugas di unit infanteri elit di perbatasan Gaza saat ia ditangkap oleh militan Hamas dalam serangan pada 7 Oktober 2023.(BBC/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |