
GUNUNG Uturuncu, di Pegunungan Andes Tengah, dikenal sebagai “gunung berapi zombie.” Sudah lebih dari 250.000 tahun tidak meletus, tapi tetap menunjukkan tanda-tanda aktivitas, seperti semburan gas dan gempa bumi.
Citra radar satelit yang diambil lebih dari dua dekade lalu menunjukkan kekuatan di dalam Uturuncu. Para ilmuwan baru-baru ini meneliti lebih dalam, untuk melihat apakah deformasi dan aktivitas yang terus berlangsung ini menandakan gunung berapi yang "tertidur" ini mulai bangun.
Dengan menggabungkan data satelit, analisis aktivitas seismik, dan pemodelan komputer tentang bagaimana batuan bereaksi terhadap tekanan, para peneliti berhasil membentuk gambaran lebih jelas tentang “anatomi” bagian dalam Uturuncu dan mengungkap penyebab kegelisahannya. Temuan ini dipublikasikan pada 28 April di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
‘Melepas Tekanan’
Letusan gunung berapi biasanya terjadi ketika magma di bawah permukaan naik ke kantong bawah tanah yang disebut kamar magma, lalu keluar ke permukaan melalui lubang atau celah. Letusan lebih eksplosif jika magma lebih kental, karena gas terjebak dan tekanan meningkat sebelum akhirnya dilepaskan secara mendadak.
Namun, hal ini tidak terjadi di bawah Uturuncu. Studi tersebut mengungkap magma, gas, dan cairan asin justru berinteraksi dalam sistem hidrotermal yang menyebabkan "gemuruh zombie" dari gunung ini.
Di bawah Uturuncu, pada kedalaman 10 hingga 20 kilometer, terdapat reservoir magma besar bernama Altiplano-Puna Magma Body. Dengan lebar sekitar 200 kilometer, ini merupakan tubuh magma aktif terbesar yang diketahui di kerak bumi. Studi sebelumnya menunjukkan adanya sistem hidrotermal aktif yang menghubungkan reservoir magma dengan pegunungan di atasnya, namun bagaimana magma dan fluida berinteraksi dalam sistem ini belum diketahui secara pasti.
Dengan menganalisis lebih dari 1.700 kejadian seismik antara 2009 hingga 2012, para ilmuwan menghasilkan citra resolusi tinggi dari kerak dangkal di bawah Uturuncu. Mereka juga mencatat perubahan medan listrik, gravitasi, dan kimia batuan, yang mengungkap detail baru dari sistem saluran bawah tanah dan di dalam gunung berapi, tempat cairan panas bersirkulasi.
Para peneliti menemukan saat tubuh magma memanaskan cairan bawah tanah dan melepaskan gas, gas dan cairan tersebut naik ke atas dan berkumpul di ruang di bawah kawah. Pergerakan ini memicu gempa, pelepasan uap, dan deformasi batuan, menyebabkan permukaan gunung naik sekitar 1 cm per tahun.
Dinamika internal Uturuncu tidak hanya menjelaskan aktivitasnya, tetapi juga menunjukkan "zombie" ini belum akan hidup kembali dalam waktu dekat, kata salah satu penulis studi, Dr. Mike Kendall, profesor dan kepala Departemen Ilmu Bumi di Universitas Oxford.
“Kami tidak melihat peningkatan aktivitas seismik. Tanda bahaya biasanya adalah peningkatan gempa yang mulai berpindah dari kedalaman besar ke lebih dangkal — itu biasanya tanda magma mulai bergerak,” kata Kendall kepada CNN.
“Tapi kami tidak melihat hal seperti itu. Sepertinya gunung ini hanya sedang ‘membuang uap’ dan menenangkan diri.”
Puluhan Gunung Zombie
Menurut Dr. Benjamin Andrews dari Smithsonian Institution, penggunaan berbagai metode dalam studi ini penting untuk memahami struktur bawah permukaan Uturuncu. Jika digunakan secara terpisah, metode-metode seperti analisis seismik dan kimia batuan akan memberikan hasil yang ambigu. Namun secara gabungan, metode ini menunjukkan bahwa aktivitas Uturuncu berasal dari sistem hidrotermal, bukan pergerakan magma, serta memberikan gambaran interaksi antara magma, batuan, dan cairan di bawah gunung berapi.
Penelitian ini penting tidak hanya untuk memahami gunung berapi, tetapi juga untuk mengetahui pembentukan batuan granit, endapan mineral, dan kerak benua. Andrews menambahkan bahwa penting untuk mengenali bahwa beberapa gunung berapi bisa sangat aktif, tetapi belum tentu siap meletus.
Selama beberapa dekade, Program Vulkanisme Global telah mencatat sekitar 50 gunung berapi zombie yang berusia antara 12.000 hingga 2,6 juta tahun. Tanda aktivitas mereka umumnya berupa fitur geotermal seperti mata air panas dan fumarol (lubang tempat gas panas keluar), ujar Dr. Matthew Pritchard dari Cornell University.
Sebagai salah satu dari banyak gunung zombie yang sedang dipantau ilmuwan di seluruh dunia, temuan terbaru dari Uturuncu ini dapat membantu mengidentifikasi mana yang berisiko meletus. Beberapa menunjukkan suhu permukaan yang tinggi dan sedang diteliti sebagai sumber energi geotermal atau tambang mineral, tapi banyak yang masih perlu penyelidikan lebih lanjut, kata Pritchard.
“Beberapa mungkin sedang mengalami pendinginan secara perlahan dari masa-masa aktifnya di masa lalu. Lainnya bisa jadi mengalami peningkatan aktivitas,” tambahnya. “Namun kita belum tahu bagaimana cara membedakannya.”
Dengan mengamati sistem saluran dalam gunung berapi, ilmuwan juga dapat menemukan potensi energi panas bumi dan akses terhadap logam penting seperti tembaga, nikel, dan platinum, ujar Kendall. Kombinasi metode seperti ini juga dapat diterapkan untuk mempelajari jenis gunung berapi lain — tak hanya yang “zombie.”
“Ini adalah cara yang sangat baik untuk memahami anatomi sebuah gunung berapi, dan mengetahui di tahap mana ia berada dalam siklus kehidupannya,” ujarnya. “Itu sangat penting untuk penilaian risiko dan bahaya.” (CNN/Z-2)