
AKTIVITAS vulkanik Gunung Tangkuban Parahu menurun setelah sempat mengalami lonjakan kegempaan hingga 270 kali pada awal Juni lalu. Dikutip dari aplikasi MAGMA Indonesia Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi per 5 Juni 2025, jumlah gempa low frekuensi (LF) tercatat 133 kali, gempa hembusan 6 kali, vulkanik dangkal 3 kali dan tektonik jauh 1 kali.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menjelaskan, penurunan ini menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika aktivitas vulkanik, meskipun secara keseluruhan tingkat aktivitas Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal).
"Kondisi ini berbeda dengan tren yang teramati pada beberapa hari sebelumnya. Mulai 1 Juni, terjadi peningkatan bertahap jumlah gempa LF yang berkaitan erat dengan pergerakan fluida di kedalaman dangkal tubuh gunung," kata Wafid dalam keterangannya, Jumat (6/6).
Pada 1 Juni tercatat 100 kejadian gempa LF, berikutnya meningkat menjadi 134 kejadian pada 2 Juni, dan melonjak menjadi 270 kejadian pada 3 Juni 2025.
Peningkatan aktivitas kegempaan ini disertai pula dengan pengamatan visual berupa hembusan asap putih dari Kawah Ratu yang semakin intensif mencapai ketinggian antara 5 hingga 150 meter dari dasar kawah.
"Kawah Ratu juga menunjukkan aktivitas fumarola yang lebih dominan dibandingkan Kawah Ecoma dengan tekanan hembusan lemah hingga sedang," ungkapnya.
Meski gempa mengalami penurunan, ia menerangkan, hasil pengamatan deformasi permukaan menggunakan alat EDM dan GNSS tetap menunjukkan adanya pola inflasi yang mengindikasikan akumulasi tekanan pada kedalaman dangkal di bawah tubuh gunungapi.
Hal ini masih menjadi perhatian karena potensi erupsi freatik tetap dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa didahului gejala vulkanik yang jelas.
"Hingga saat ini, pengukuran gas menggunakan instrumen Multi-GAS baik yang portabel maupun stasiun permanen belum menunjukkan perubahan mencolok dalam komposisi gas-gas vulkanik seperti rasio CO2/SO4, CO2/H2S, maupun proporsi antara SO4 dan H2S. Konsentrasi gas masih berada dalam batas normal dan bersifat fluktuatif," bebernya.
Dengan mempertimbangkan semua data tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan para pengunjung tetap diimbau tidak mendekati area dasar kawah, tidak berlama-lama di kawasan aktif, serta segera menjauh jika teramati peningkatan intensitas hembusan atau tercium bau gas menyengat.
"Meski aktivitas menurun, kewaspadaan harus tetap dijaga. Pemerintah daerah dan BPBD diminta terus menjalin koordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Desa Cikole serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung," jelasnya. (E-2)