
MAHASISWA Pascasarjana ISI Padangpanjang Angkatan 2024 gelar festival "Main Kota: Tradisi dalam Beton" sebagai respons terhadap hilangnya nilai kebersamaan dan budaya di tengah kehidupan urban.
Festival yang berlangsung Kamis (19/6) di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) Padang Panjang ini mengangkat konsep kampung bermain yang menonjolkan kembali semangat permainan tradisional.
Acara dibuka dengan penampilan seni Tari Lesung dari pelajar SMP yang memukau penonton dengan gerak dinamis dan penuh makna. Menggambarkan harmoni antara tradisi dan modernitas.
Ketua Pelaksana, Bayu Trisya menyebut festival ini lahir dari keprihatinan terhadap minimnya anak-anak yang memainkan permainan tradisional. “Jangan biarkan kami punah, biarkanlah kami tumbuh bersama alam,” ujarnya.
Festival menghadirkan permainan seperti bakiak, cakbur, engklek, dan enggrang dengan partisipasi 17 SD dari Kota Padang Panjang. Para siswa mengikuti lomba cakbur dan bakiak dengan antusias, menciptakan suasana meriah penuh semangat dan kebersamaan.
Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Luhur Budianda menilai kegiatan ini penting untuk melawan dampak digitalisasi. “Ini bisa kita kolaborasikan agar jadi program berkelanjutan,” katanya.
Rektor ISI Padangpanjang, Febri Yulika mengapresiasi festival ini sebagai wujud kerinduan kolektif terhadap budaya bermain. “Dukungan sudah datang dari menteri dan gubernur, dan kami akan kawal agar menjadi event tingkat provinsi,” ungkapnya.
Selain permainan tradisional, festival juga menampilkan pertunjukan seni dan instalasi interaktif karya mahasiswa yang menggabungkan nilai tradisional dan estetika urban. Harapannya, generasi muda dapat kembali terhubung dengan budaya lokal yang sempat terpinggirkan oleh arus modernisasi. (H-2)