
CEO Tesla, Elon Musk, mengumumkan ia akan mengurangi keterlibatannya di pemerintahan Presiden Donald Trump, khususnya di Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE). Ia kembali memprioritaskan kepemimpinannya di Tesla. Langkah ini diumumkan di tengah penurunan tajam dalam penjualan dan laba perusahaan.
“Mulai bulan Mei, alokasi waktu saya untuk DOGE akan berkurang secara signifikan,” ujar Musk dalam panggilan konferensi hasil keuangan Tesla, Selasa. Ia menyebut hanya akan menghabiskan satu hingga dua hari per minggu untuk urusan DOGE.
Keputusan ini muncul setelah Tesla mencatatkan kinerja keuangan kuartalan yang mengecewakan. Pendapatan perusahaan turun 9%, penjualan mobil anjlok 20%, dan laba bersih merosot 71% dibandingkan tahun sebelumnya — menjadikannya kuartal terburuk dalam hampir tiga tahun terakhir.
Penurunan Terbesar dalam Sejarah Tesla
Awal April, Tesla memperingatkan investor tentang penurunan pengiriman kendaraan sebesar 50.000 unit dibandingkan kuartal sebelumnya, memicu kekhawatiran atas daya saing perusahaan. Penjualan di Eropa juga mengalami penurunan signifikan, yang sebagian dikaitkan dengan posisi politik Musk di wilayah tersebut.
Para analis pasar menilai peran kontroversial Musk di pemerintahan Trump sebagai kepala DOGE turut mempengaruhi persepsi publik dan kinerja penjualan. Protes bahkan sempat terjadi di depan showroom Tesla dan beberapa fasilitas mengalami aksi vandalisme.
Meski demikian, Musk membela perannya di DOGE, menyebutnya sebagai langkah moral untuk mengurangi "pemborosan dan penipuan". Ia mengklaim kritik yang diterimanya berasal dari pihak-pihak yang “diuntungkan” sistem yang korup.
“Saya pikir hal yang benar untuk dilakukan adalah melawan pemborosan dan penipuan, dan mencoba mengembalikan negara ke jalur yang benar,” ujarnya.
Perang Dagang dan Ketidakpastian Kebijakan
Selain isu internal, Tesla juga terdampak kebijakan perdagangan global. Pemerintahan Trump baru-baru ini menetapkan tarif impor untuk mobil dan berencana menerapkan tarif tambahan untuk suku cadang. Meski sebagian besar produksi Tesla dilakukan di Amerika Serikat, perusahaan tetap bergantung pada komponen impor.
Dalam laporannya, Tesla menyatakan sulit untuk memprediksi dampak penuh dari perubahan kebijakan ini terhadap rantai pasok, biaya produksi, dan permintaan konsumen.
“Keputusan tarif sepenuhnya berada di tangan Presiden Amerika Serikat,” ujar Musk. Ia menyatakan dukungannya terhadap tarif rendah, namun menegaskan ia tidak memiliki kendali atas kebijakan tersebut.
Saham Naik, Tapi Masa Depan Masih Tanda Tanya
Setelah pengumuman Musk untuk fokus kembali ke Tesla, saham perusahaan (TSLA) naik 4% dalam perdagangan setelah jam kerja. Namun, saham tersebut masih turun 50% dari puncaknya pada Desember lalu, menghapus seluruh keuntungan yang diperoleh pasca pemilu.
Musk mencoba menenangkan kekhawatiran investor dengan menyatakan prospek jangka panjang Tesla tetap kuat. Ia menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk meluncurkan model terjangkau pada akhir Juni, meskipun belum ada bukti produksi aktif. Selain itu, Tesla juga menjanjikan peluncuran robotaksi tanpa kemudi dan pedal pada tahun depan.
“Masa depan Tesla lebih cerah dari sebelumnya,” kata Musk. Ia menambahkan proyek mobil otonom dan robot humanoid akan membawa era “kelimpahan berkelanjutan”.
Persaingan Ketat dari Tiongkok dan Ketertinggalan Tesla
Di tengah semua tantangan, Tesla juga harus menghadapi persaingan yang semakin ketat dari pembuat mobil listrik lain, terutama dari Tiongkok. Perusahaan seperti BYD telah beberapa kali mengungguli Tesla dalam penjualan kuartalan, meskipun Tesla masih memimpin secara tahunan — untuk saat ini.
Analis memperkirakan bahwa Tesla bisa kehilangan posisi sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik global pada tahun 2025 jika tren saat ini berlanjut. Tiongkok, yang merupakan pasar EV terbesar dunia dan pasar kedua terbesar bagi Tesla, menjadi medan persaingan yang krusial. Namun, Tesla tidak merinci angka penjualan di wilayah ini dalam laporan keuangan terbarunya. (CNN/Z-2)