
LANGKAH untuk efisiensi anggaran dari pemerintah diapresiasi. Hal itu bisa diawali dari transparansi perjalanan dinas. Pasalnya, potensi pemborosan dapat terjadi pada pembelian tiket, akomodasi, dan transportasi di daerah tujuan.
"Ada harga tiket yang tidak tepat, hotel yang tidak sesuai dengan kelasnya, dan lain sebagainya. Bisa dibayangkan bila ini terjadi pada ribuan orang di sejumlah badan usaha atau kantor pemerintahan setiap bulan atau setiap tahun," ujar Edward Nelson Jusuf, CEO Opsigo, dalam keterangannya, Minggu (27/4). Opsigo ialah startup lokal yang bergerak di sektor travel technology, berdiri pada 2014 dengan pendanaan dari modal ventura di Indonesia, Singapura, dan Jepang.
Menurut Edward, kebutuhan pengelolaan perjalanan dinas mendorong start up ini untuk membuat aplikasi pengelolaan perjalanan dinas bernama Opsicorp yang transparan, akuntabel, praktis, dan cepat. Melalui aplikasi ini, pengelolaan perjalanan dinas akan menjadi lebih terstruktur dan sistematis sehingga terjadi optimalisasi biaya perjalanan dinas. Sistem secara langsung terhubung dengan sistem airlines dan hotel melalui agen perjalanan yang ditunjuk perusahaan.
Hingga kini, pangsa pasar Opsigo baru mencapai 3%. Sedangkan Opsicorp masih jauh lebih kecil, sehingga kemungkinan perkembangan lanjutan masih sangat besar potensinya.
Pasar lokal masih sangat luas yang belum digarap. Di luar agen perjalanan, yang sedang digarap ialah perusahaan asuransi perjalanan dan korporasi. "Market B2B korporasi masih sangat luas. Kami juga sedang mempersiapkan untuk ekspansi ke negara-negara ASEAN terutama Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam," ujar Edward.
Opsigo merupakan online booking engine yang umumnya dipergunakan agen travel untuk mengonsolidasi berbagai konten perjalanan seperti tiket pesawat, kereta api, hotel, produk wisata, dan asuransi dalam satu sistem. Lantas ada Opsifin yang didesain khusus untuk agen perjalanan yang membuat transaksi secara otomatis menerbitkan invoice atas penjualan produk maupun jasa. (I-2)