Dampak Pendekatan Baru AS untuk Ukraina, Turki semakin Diperhitungkan Eropa

3 weeks ago 18
Dampak Pendekatan Baru AS untuk Ukraina, Turki semakin Diperhitungkan Eropa Ilustrasi(Anadolu)

PEMERINTAHAN Trump menyampaikan pesan yang kuat dan jelas kepada sekutu Eropa mereka mengenai perang di Ukraina dan perspektif keamanan yang lebih luas selama Konferensi Keamanan Munich yang diadakan sejak 14-16 Februari.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perang di Ukraina akan diselesaikan melalui negosiasi yang dimediasi AS. Di saat bersamaan, AS mengharapkan sekutu Eropa memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina, yang tidak akan menjadi anggota NATO.

Hal itu menimbulkan kekhawatiran di Markas besar NATO, Brussels. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan puncak di Paris pada 17 Februari setelah konferensi Munich tersebut.

Dihadiri oleh para pemimpin dari pemerintahan Uni Eropa, NATO, Inggris, Jerman, Italia, Polandia, Spanyol, Belanda, dan Denmark, pertemuan puncak tersebut menandai dimulainya diskusi mengenai fase baru bagi kerangka kerja keamanan Eropa.

Para pakar pun menanggapi terkait tindakan potensial yang dapat diambil Eropa terkait pendekatan baru AS.

"Mengingat ancaman AS untuk menarik pasukannya yang ditempatkan di Eropa, kontribusi Turki akan semakin penting bagi keamanan dan stabilitas benua tersebut," kata Analis senior Amanda Paul dari lembaga pemikir Pusat Kebijakan Eropa seperti dilansir dari Anadolu, Jumat (21/2).

Paul menyoroti peringatan 73 tahun keanggotaan Turki di NATO, yang dirayakan pada 18 Februari dan menggarisbawahi bagaimana keikutsertaannya dalam aliansi tersebut terbukti menjadi keputusan strategis.

"Selama 73 tahun terakhir, Turki telah menjadi anggota aliansi yang penting dan berharga," sebutnya.

Dia menambahkan bahwa Turki telah menjadi salah satu dari lima kontributor teratas bagi misi dan operasi NATO baik di Eropa maupun di tempat lain, termasuk Afghanistan dan Irak.

"Tidak seperti banyak negara anggota NATO lainnya, Turki juga terus berinvestasi dalam angkatan bersenjatanya. Turki merupakan militer tetap terbesar kedua di NATO setelah Amerika Serikat, yang dilengkapi dengan persenjataan modern," tegasnya.

Ia juga mencatat bahwa Turki memainkan peran kunci dalam upaya pertahanan dan pencegahan aliansi di Eropa Selatan dan Timur dan terus menjadi kontributor utama bagi operasi global NATO.

Paul menunjukkan bahwa Turki merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi misi KFOR NATO di Kosovo dan telah mengambil peran kepemimpinan dalam operasi ini.

"Ia (Turki) terus memainkan peran penting, bersama sekutu lainnya, dalam memperkuat keamanan Eropa di tengah invasi Rusia ke Ukraina," tambahnya.

Menyoroti bahwa signifikansi Turki akan tumbuh sebagai respons terhadap kebijakan pemerintahan Trump, analis senior tersebut menambahkan, banyak negara Eropa memiliki kemampuan militer yang tidak memadai, gagal berinvestasi dalam keamanan mereka sendiri selama bertahun-tahun.

Pada saat yang sama, UE harus mulai memperkuat kerja sama keamanan dan pertahanannya dengan Turki untuk meningkatkan kemampuan militer Eropa.

"Turki sejauh ini dikecualikan dari upaya untuk membangun kapasitas pertahanan Eropa, termasuk Kerja Sama Terstruktur Permanen (PESCO), yang sangat picik," ujarnya.

Lebih unggul
"Sejujurnya, saya pikir Uni Eropa minggu ini agak terkejut," kata Koert Debeuf, seorang profesor hubungan internasional di Sekolah Tata Kelola Brussels dan mantan penasihat Perdana Menteri Belgia.

Hal itu mengacu pada peristiwa di Konferensi Keamanan Munich. Debeuf mengatakan bahwa Uni Eropa tidak siap menghadapi sikap tegas pemerintahan Trump dan kini berada dalam periode penilaian ulang strategi dan perannya.

Ia mencatat bahwa UE, yang telah dikesampingkan dalam perundingan damai Ukraina, kini harus meluangkan waktu untuk memposisikan ulang dirinya. Pada periode mendatang, ia menekankan, pengakuan terhadap meningkatnya kepentingan Turki akan menjadi hal yang penting.

"Jika kita berbicara tentang militer Eropa, sudah jelas bahwa Turki harus menjadi pilihan. Meninggalkan Turki di belakang, menurut saya, adalah sebuah kesalahan. Jadi, tentu saja, jika menyangkut evolusi baru dalam peperangan, seperti pesawat tanpa awak dan sebagainya, Turki jauh lebih unggul," terangnya.

Ia juga menunjukkan bahwa pemikiran strategis saat ini bukanlah faktor yang kuat dalam pengambilan keputusan UE.

Semakin penting
Samuel Doveri Vesterbye, direktur Dewan Lingkungan Eropa yang berpusat di Brussels, mengatakan, Pemerintahan baru AS berusaha melemahkan negara-negara Eropa, termasuk Turki.

Vesterbye menekankan bahwa, bagi pemerintahan Trump, semua pihak berada di urutan terakhir selain AS.

"Jelas sekali bahwa Eropa tidak dapat mempertahankan diri melawan Rusia tanpa mitra yang kuat seperti Ankara, dan begitu pula sebaliknya," sebutnya.

"Pergeseran kebijakan drastis Washington menjadi insentif bagi negara-negara Uni Eropa untuk bekerja sama lebih banyak, serta bagi mitra strategis baru seperti Turki dan Inggris untuk memainkan peran yang lebih besar. Hal ini berlaku baik untuk Ukraina, maupun dalam konteks pengadaan dan produksi Eropa," kata direktur dewan tersebut.

Ia menambahkan, Turki telah menjadi lebih penting bagi NATO sejak Washington menunjukkan sikap skeptis pada arsitektur keamanan Eropa. Di mana ancaman datang dari Laut Hitam, dari Mediterania dan hibriditas dengan cara yang tidak terbayangkan beberapa dekade lalu.
(Fer/I-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |