BMKG Imbau Pemudik Waspadai Cuaca Ekstrem

16 hours ago 2
Update Info News Sekarang Viral Terbaik
BMKG Imbau Pemudik Waspadai Cuaca Ekstrem Pemudik(ANTARA)

PUNCAK arus mudik Lebaran 2025 diprediksi terjadi pada H-3 atau 28 Maret 2025 dengan jumlah pergerakan masyarakat mencapai 12,1 juta orang jika kebijakan Work From Anywhere (WFA) diterapkan. Dengan tingginya volume perjalanan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan pemudik untuk lebih waspada terhadap cuaca ekstrem yang dapat mengganggu kelancaran perjalanan.

Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, dalam periode 10–14 Maret 2025, hujan lebat hingga ekstrem terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, dengan curah hujan tertinggi tercatat di Padang Pariaman, Sumatra Barat (210,0 mm) pada 12 Maret 2025. Selain itu, Kepahiang, Bengkulu, mengalami curah hujan 153,0 mm, dan beberapa wilayah di Jawa Barat mencatat curah hujan di atas 100 mm selama beberapa hari berturut-turut. Kondisi ini meningkatkan risiko banjir, tanah longsor, dan genangan air, yang dapat berdampak pada perjalanan darat, laut, dan udara.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan pentingnya kesiapan pemudik dalam menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu. “Cuaca merupakan salah satu  faktor penting yang dapat memengaruhi keselamatan perjalanan mudik. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini sebelum berangkat, terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi," kata Dwikorita dalam keterangan resmi, Minggu (16/3). 

Ia juga mengimbau pemudik memastikan kendaraan dalam kondisi prima, periksa tekanan ban, fungsi lampu, serta kesiapan peralatan darurat seperti ban cadangan dan alat komunikasi. Jika hujan lebat terjadi, sebaiknya menunda perjalanan dan mencari tempat berlindung yang aman. Jangan memaksakan perjalanan dalam kondisi cuaca buruk. 

BMKG mencatat cuaca ekstrem yang terjadi sebelumnya dipicu oleh beberapa gangguan atmosfer, termasuk sirkulasi siklonik di beberapa perairan Indonesia, aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin. 

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan kombinasi faktor ini memperkuat pertumbuhan awan hujan, sehingga meningkatkan potensi hujan lebat hingga ekstrem dalam sepekan ke depan.

“Dalam beberapa hari mendatang, potensi hujan lebat masih berpeluang terjadi di berbagai wilayah, terutama di Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan. Pemudik yang melintasi wilayah-wilayah ini diharapkan lebih berhati-hati, terutama di jalur rawan banjir dan longsor seperti jalur Pantura, jalur selatan Jawa, serta beberapa ruas tol yang berpotensi tergenang air,” ujar Guswanto.

Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan faktor lain seperti anomali suhu muka laut yang lebih hangat di sekitar perairan Indonesia mengakibatkan adanya penambahan kandungan uap air di atmosfer, sehingga semakin memperbesar potensi pertumbuhan awan hujan.

“Kami mengingatkan fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas hujan dalam beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, pemudik yang menggunakan transportasi darat, laut, dan udara perlu terus memperbarui informasi cuaca dari BMKG dan pihak terkait,” ujar Andri.

Berikut prospek cuaca dalam periode 16 – 23 Maret 2025 berdasarkan analisis BMKG:

•16 – 18 Maret 2025: Hujan lebat berpotensi terjadi di Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, Kep Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua.

•19 – 23 Maret 2025: Potensi hujan lebat di Riau, Bangka Belitung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

Guswanto juga mengingatkan bagi masyarakat yang menggunakan transportasi udara dan laut perlu memperhatikan prakiraan cuaca di bandara dan pelabuhan tujuan mereka. Dikatakan, cuaca buruk seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi dapat menyebabkan keterlambatan atau pembatalan penerbangan dan perjalanan laut.

“Khusus bagi pemudik yang akan menyeberang menggunakan kapal laut, perlu mewaspadai potensi gelombang tinggi dan angin kencang, terutama di perairan Selat Sunda, Selat Lombok, Laut Jawa, dan perairan sekitar Nusa Tenggara. Masyarakat yang bepergian dengan pesawat juga perlu memperhatikan kemungkinan keterlambatan akibat cuaca buruk di beberapa bandara. Oleh karena itu, kami mengimbau pemudik untuk terus berkoordinasi dengan pihak maskapai, operator pelabuhan, dan BMKG guna mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi cuaca di rute perjalanan mereka,” ungkap Guswanto.(M-2) 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |