Bank Dunia: 60 Persen Penduduk Indonesia Tergolong Miskin, Ilusi Negara Berkembang?

3 hours ago 3
 60 Persen Penduduk Indonesia Tergolong Miskin, Ilusi Negara Berkembang? 60 Persen Penduduk Indonesia Tergolong Miskin(MI/Susanto)

DI balik status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, Bank Dunia mengungkapkan fakta mencengangkan: 60,3% dari total populasi Indonesia atau sekitar 171 juta jiwa hidup dalam garis kemiskinan global.

Angka ini mengguncang narasi optimisme yang selama ini digaungkan, menantang klaim bahwa ekonomi Indonesia telah tumbuh inklusif dan merata.

Batas Baru Kemiskinan: Rp115 Ribu per Hari

Bank Dunia kini menggunakan garis kemiskinan untuk negara berpendapatan menengah ke atas sebesar USD6,85 per kapita per hari, setara Rp115.080 (dengan kurs Rp16.800).

Dengan standar ini, mayoritas masyarakat Indonesia dikategorikan miskin, meski mungkin tidak tergolong miskin ekstrem.

Tak hanya itu, sebanyak 44,3 juta penduduk Indonesia masih hidup dengan pengeluaran kurang dari USD3,65 per hari (sekitar Rp58.400), sehingga masuk dalam kategori miskin secara internasional menurut indikator minimum.

Secara statistik, harapan hidup di Indonesia mencapai 68,2 tahun, dan angka partisipasi pendidikan dasar mencatatkan 100,2 persen—sebuah anomali yang tampak positif, tetapi sebenarnya mencerminkan pendaftaran siswa yang lebih awal atau lebih lambat dari usia seharusnya.

Namun, angka-angka ini tampak kontras dengan realita kemiskinan yang menjerat mayoritas rakyat. Ekonomi tumbuh, tetapi jurang ketimpangan menganga. Pendidikan dan kesehatan mungkin menjangkau lebih banyak orang, tetapi daya beli tetap tercekik.

Ambisi 2045: Retoris atau Realistis?

Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045. Untuk mewujudkannya, Bank Dunia menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi harus dipacu minimal 6% per tahun, sementara pemerintah menargetkan 8% pada tahun 2029, utamanya melalui peningkatan investasi.

Namun dengan mayoritas rakyat masih bertahan hidup di ambang garis kemiskinan, pertanyaannya kini bergeser: Untuk siapa sebenarnya pertumbuhan ekonomi itu dikejar?

Indonesia tengah berdiri di dua sisi mata uang—di satu sisi, tampil sebagai ekonomi yang sedang naik daun, dan di sisi lain, menanggung beban mayoritas rakyat yang belum merasakan buah dari pertumbuhan tersebut.

Laporan Bank Dunia adalah cermin tajam: jika pertumbuhan tidak disertai pemerataan, maka status “negara maju” hanyalah hiasan kosmetik belaka. (Worldbank/Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |