
Asian Agri, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia, dan Apical, pengolah minyak nabati global terkemuka, mempertegas komitmen berkelanjutan kedua perusahaan, yaitu AsianAgri2030 dan Apical2030 yang diluncurkan pada 2022 lalu.
Director of Corporate Affairs RGE Palm Business Johan Kurniawan menyatakan, komitmen keberlanjutan kedua perusahaan yang selaras dengan pedoman Lembangunan Berkelanjutan PBB (UNSDGs) dan diimplementasikan dengan berpegang pada filosofi usaha RGE 5Cs, yaitu Good for Community, Country, Climate, Customer, dan Company.
Johan menyampaikan,nilai strategis kelapa sawit merupakan elemen kunci dalam perekonomian nasional, mulai dari kontribusi devisa hingga penyediaan lapangan kerja. Keberadaan industri ini berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya yang tergabung dalam program kemitraan dan inti plasma.
"Sebagai produsen dan pengolah minyak sawit, Asian Agri dan Apical beroperasi dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan yang bertanggung jawab. Produk yang dihasilkan tidak hanya bermanfaat untuk kebutuhan domestik seperti minyak goreng, tetapi juga bahan bakar, singkatnya #DariDapurSampaiAvtur," ujar Johan.
Asian Agri berkomitmen untuk mewujudkan industri sawit berkelanjutan melalui empat pilar utama, yakni, Kemitraan Dengan Petani, Pertumbuhan Inklusif, Iklim Positif, dan Produksi yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan. Dalam dua tahun terakhir, Asian Agri mencatat perkembangan yang positif, terutama dalam Pilar Kemitraan dengan Petani dan Pilar Pertumbuhan Inklusif.
Sustainability Manager Asian Agri Leonardo Yapardi menjelaskan, petani kelapa sawit memainkan peran penting dalam keberlanjutan perusahaan.
"Kami berkomitmen untuk mensertifikasi semua petani mitra dengan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di tahun 2025. Hingga 2024, Asian Agri telah membantu 11 KUD memperoleh sertifikasi ISPO, atau setara dengan 49% dari target," kata Leo.
Penguatan SDM
Di bidang Pertumbuhan Inklusif, Asian Agri telah mencapai 34% target dengan memberikan pelatihan vokasi kepada lebih dari 1.700 orang, mendukung UMKM di 54 dari 159 desa di sekitar daerah operasional perusahaan di Sumatra Utara, Riau, dan Jambi.
Selain itu, melalui program Bag-to-School, lebih dari 1.300 paket pendidikan telah didistribusikan kepada murid SD, SMP, dan SMA, dari target 5.000 murid. "Kami akan terus menjalankan program dan inisiatif dengan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan pencapaian target 2030," tambah Leo.
Sementara di tahun ketiga pelaksanaannya, Apical2030 mencatat kemajuan signifikan. Pada Pilar Kemajuan Inklusif, Apical telah menjangkau 12 desa di Aceh Singkil dan 3 desa di Kutai Timur, dari target 30 desa untuk program Sustainable Living Villages (SLV) atau Desa Berkelanjutan. Program itu bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan mendorong inklusi ekonomi.
Sustainability Manager Apical Hendra Hosea menjelaskan, program SLV juga mendorong petani untuk memiliki pendapatan alternatif, seperti budidaya madu Trigona di Aceh Singkil dan kakao di Kutai Timur.
"Melalui program SLV, kami membantu petani swadaya untuk menerapkan praktik perkebunan berkelanjutan, memperoleh Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB), serta mendapatkan akses ke fasilitas pengembangan dari pemerintah yang menjadi dasar menuju sertifikasi ISPO dan RSPO," ujar Hendra.
Apical juga mencatat kemajuan dalam dukungan terhadap 5.000 petani swadaya untuk memperoleh sertifikasi RSPO pada 2030. Salah satu program andalan adalah Smile (Smallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerment), yang telah melibatkan 3.489 petani swadaya, dengan 1.373 di antaranya telah memperoleh sertifikasi RSPO.
"Sejauh ini, implementasi Apical2030 masih sesuai target. Pada Pilar Kemitraan Transformatif, kami telah mencapai 93% dari target kolaborasi dengan pemasok untuk menerapkan kebijakan NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation). Secara keseluruhan, saat ini 68% dari target keseluruhan Apical2030 telah terealisasi," tambah Hendra.
Selain itu, dalam Pilar Aksi Iklim, Apical telah berhasil mengurangi 21% emisi gas rumah kaca (GRK), dengan target 50% pada tahun 2030. Sementara dalam Pilar Inovasi Hijau, perusahaan telah merealisasikan 87% target, dengan sisanya masih dalam proses pengembangan.
Melalui AsianAgri2030 dan Apical2030, kedua perusahaan berkomitmen untuk memberikan dampak positif terhadap iklim, lingkungan, dan masyarakat, sekaligus mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. (E-3)