
WILAYAH timur Amerika Serikat tengah dilanda gelombang panas ekstrem, dengan suhu yang melonjak hingga melampaui 37°C. Bahkan menyentuh angka tiga digit dalam skala Fahrenheit.
Cuaca ekstrem ini terjadi bersamaan dengan ketegangan politik global, menyusul serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai respons atas serangan rudal balasan Teheran terhadap Israel. Ironisnya, peristiwa ini terjadi meski Presiden Donald Trump baru saja mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Fenomena cuaca ekstrem ini disebabkan oleh terbentuknya heat dome atau kubah panas yang sangat kuat, menciptakan kondisi paling panas dalam beberapa tahun terakhir. National Weather Service (NWS) menyebut lebih dari 150 juta orang terancam kesehatannya akibat suhu tinggi yang menyelimuti wilayah dari Midwest hingga Timur Laut AS.
Pihak NWS memperingatkan bahwa suhu dapat meningkat hingga 15–20 derajat di atas normal untuk bulan Juni, menyerupai puncak musim panas di bulan Juli. Rekor suhu harian, baik untuk siang maupun malam hari, diperkirakan akan pecah di lebih dari 250 lokasi sepanjang Senin hingga Kamis.
“Suhu di beberapa kota mungkin menjadi yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade,” ungkap NWS wilayah Mount Holly, New Jersey, dikutip CNN International pada Selasa (24/6/).
Risiko Tinggi dan Ancaman Kesehatan
Tingkat risiko panas ditempatkan pada level tertinggi, yaitu level 4 dari 4. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama karena suhu tinggi bertahan sepanjang malam, mengurangi peluang tubuh untuk pulih dari paparan panas.
Dampak langsung sudah mulai terlihat. Dalam pertandingan Major League Baseball antara Seattle Mariners dan Chicago Cubs di Wrigley Field, beberapa pemain, ofisial dan staf harus dilarikan untuk perawatan karena terkena serangan panas.
Suhu saat itu tercatat 34°C, namun kelembapan tinggi membuatnya terasa seperti 40,5°C.
“Penyakit terkait panas meningkat tajam saat kelembapan tinggi. Ini menjadi ancaman serius, terutama bagi anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki penyakit bawaan,” tulis NWS dalam peringatan resminya.
Rekor Suhu Pecah di Kota-Kota Besar
New York City diprediksi mencetak rekor baru dengan suhu menyentuh 38°C pada Selasa, angka yang belum pernah terjadi pada bulan Juni sejak tahun 1966.
Sementara itu, Philadelphia berpotensi mencatatkan tiga hari berturut-turut dengan suhu lebih dari 38°C.
Washington DC juga diperkirakan akan mengalami suhu tiga digit Fahrenheit lebih cepat dari biasanya, yang umumnya terjadi di pertengahan Juli.
Bahkan kota di bagian utara seperti Burlington, Vermont, yang berada dekat perbatasan Kanada, diperkirakan mencatat suhu di kisaran 90-an°F, salah satu suhu tertinggi untuk bulan Juni dalam sejarahnya.
Ancaman Musim Panas yang Lebih Panjang
Para ilmuwan dari Climate Prediction Center memperkirakan bahwa sebagian besar wilayah AS akan mengalami musim panas yang lebih panas dari biasanya, terutama pada Juli dan Agustus.
Mereka juga menekankan bahwa krisis iklim akibat aktivitas manusia telah meningkatkan frekuensi, durasi dan intensitas gelombang panas.
“Kenaikan suhu malam hari menjadi indikator penting, karena membuat tubuh manusia kesulitan untuk pulih dari stres panas,” jelas Dr. Kristie Ebi, pakar kesehatan lingkungan dari University of Washington.
Dia juga menegaskan bahwa panas adalah penyebab kematian terkait cuaca nomor satu di AS dan tren ke depan tampak semakin mengkhawatirkan. (H-3)