Apakah Ada Planet Ke Sembilan Di Tata Surya Kita?

15 hours ago 5
Apakah Ada Planet Ke Sembilan Di Tata Surya Kita? Para astronom menemukan titik inframerah yang dicurigai sebagai kandidat Planet Sembilan di luar orbit Neptunus.(NASA)

Para astronom yang tengah mencari planet kesembilan di tata surya kita mengatakan bahwa mereka telah menemukan kandidat yang "menjanjikan" jauh di luar orbit Neptunus, menurut sebuah studi pra-publikasi terbaru.

Penemuan ini bisa menjadi momen pertama umat manusia melihat sekilas Planet Sembilan yang selama ini hanya menjadi teori. Jika benar-benar ada, planet ini merupakan dunia raksasa yang belum ditemukan dan mengorbit sangat jauh dari Matahari. Namun, ide tentang Planet Sembilan masih menjadi perdebatan, dan temuan terbaru ini tampaknya belum cukup kuat untuk mengubah pendapat para ilmuwan.

Para peneliti menemukan kandidat planet ini saat menelaah data satelit lama. Saat ini, kandidat tersebut masih berupa titik samar dalam beberapa gambar inframerah. Namun, titik itu tampak bergerak dengan cara yang sesuai dengan pola orbit planet besar yang jauh.

"Aku sangat bersemangat," ujar Terry Phan, mahasiswa doktoral astronomi di National Tsing Hua University, Taiwan, sekaligus penulis utama studi ini kepada Science, mengenang momen penemuan tersebut. "Hal ini benar-benar memotivasi kami,” tambahnya.

Phan dan timnya mempublikasikan temuan ini di server pra-cetak arXiv pada 24 April, dan studi tersebut telah diterima untuk dimuat di jurnal Publications of the Astronomical Society of Australia. Namun, hasil ini disambut dengan skeptisisme oleh sebagian ilmuwan.

Mike Brown, astronom dari Caltech yang pertama kali mengusulkan hipotesis Planet Sembilan bersama rekannya pada tahun 2016, belum yakin bahwa titik-titik inframerah itu memang berasal dari planet misterius tersebut. Brown, yang tidak terlibat dalam studi ini, menghitung lintasan objek berdasarkan sinyal inframerah dan menemukan bahwa kemiringan orbitnya sekitar 120 derajat dari bidang tata surya jauh berbeda dari prediksi Planet Sembilan yang diperkirakan hanya miring 15 hingga 20 derajat. Hal ini juga berarti bahwa objek tersebut mengorbit ke arah yang berbeda dari planet-planet lain yang berada pada bidang orbit yang relatif sejajar.

Perbedaan ini, kata Brown, “bukan berarti objek itu tidak ada, tapi itu bukan Planet Sembilan.” Ia menambahkan, “Saya rasa planet ini tidak akan menyebabkan efek-efek yang selama ini kita amati di tata surya.”

Gagasan tentang keberadaan Planet Sembilan pertama kali muncul sebagai upaya untuk menjelaskan pola orbit yang tidak biasa dari sejumlah objek di Sabuk Kuiper, sebuah area yang sangat dingin dan terletak di bagian terluar tata surya. Para peneliti menduga bahwa gravitasi dari sebuah planet besar yang belum terdeteksi bisa menjadi penyebab gangguan orbit tersebut.

Meski demikian, tidak semua ilmuwan sepakat dengan hipotesis ini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa penyebab orbit ganjil itu bisa jadi berasal dari faktor lain yang belum dipahami sepenuhnya. Hingga kini, belum ada bukti langsung yang bisa memastikan keberadaan Planet Sembilan secara definitif.

Jika Planet Sembilan memang ada, para ilmuwan memperkirakan ukurannya jauh lebih besar dari Bumi dan mengorbit dalam pola yang sangat jauh dan tak biasa di luar Neptunus planet kedelapan sekaligus terakhir dalam tata surya kita saat ini. Jaraknya yang sangat jauh dari Matahari membuatnya sulit dideteksi dengan teknologi yang ada, itulah sebabnya keberadaannya masih menjadi misteri.

Tim peneliti dalam studi ini menyisir arsip data dari dua satelit yang sudah tidak aktif: Infrared Astronomical Satellite (IRAS) tahun 1983 dan satelit AKARI yang beroperasi dari 2006 hingga 2011, seperti dilaporkan oleh situs saudara Live Science, Space.com. Mereka mencari objek jauh yang bergerak sangat lambat dari satu data ke data lainnya, karakteristik yang sesuai dengan dugaan orbit Planet Sembilan.

Setelah menyingkirkan objek-objek yang sudah diketahui, para peneliti mempersempit daftar menjadi beberapa kandidat. Mereka lalu memeriksa citra-citra dari objek potensial ini, hingga akhirnya menyimpulkan bahwa ada “satu kandidat yang cukup bagus.” 

Titik tersebut memiliki warna dan tingkat kecerahan yang sama di dua set data gambar, mengindikasikan bahwa itu adalah objek yang sama dan berhasil ditangkap oleh kedua satelit. Namun, studi tersebut menekankan bahwa pengamatan lanjutan diperlukan untuk memastikan lintasan orbitnya.

Brown mengatakan kepada Science bahwa jika sinyal inframerah ini benar-benar berasal dari sebuah planet, maka berdasarkan perhitungannya, planet tersebut tidak mungkin eksis berdampingan dengan Planet Sembilan versi awal tanpa saling mengganggu orbit satu sama lain. Artinya, kandidat baru ini bisa saja merupakan planet lain yang justru membantah hipotesis Planet Sembilan.

Keberadaan Planet Sembilan atau planet kesembilan lain yang belum ditemukan di tata surya kita kemungkinan besar masih akan menjadi topik perdebatan. Namun, tahun 2025 bisa jadi akan menjadi titik awal dari akhir pencarian ini.

Observatorium Vera C. Rubin yang kini tengah dibangun di Chile dijadwalkan mulai beroperasi akhir tahun ini. Observatorium canggih ini akan dilengkapi kamera digital terbesar di dunia dan mampu mengamati ruang angkasa lebih dalam dari sebelumnya. Para peneliti berharap dalam satu hingga dua tahun setelah beroperasi, observatorium ini bisa mengonfirmasi keberadaan Planet Sembilan jika memang planet itu ada. (livescience/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |