
MULAI maraknya kembali covid-19 di sejumlah negara di Asia Tenggara, membuat Indonesia mewaspadai masuknya virus mematikan tersebut, menindaklanjuti surat edaran Kementerian Kesehatan tentang covid Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Loekmono Hadi Kudus mulai siaga dengan menyiapkan ruang isolasi.
Pemantauan Media Indonesia Selasa (3/6) meskipun hingga kini belum ada laporan kasus covid-19 kembali masukke daerah di Jawa Tengah, namun setelah adanya surat edaran Kementerian Kesehatan tentang covid tersebut, pemerintah daerah mulai melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi dan melakukan persiapan sedini mungkin.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Loekmono Hadi Kudus telah mengawali dengan mengaktifkan kembali ruang isolasi sebagai antisipasi munculnya kasus covid-19 mengingat sejumlah negara di Asia Tenggara sudah mulai kembali mewabah, bahkan disinyalir juga telah masuk ke Indonesia.
"Hasil rapat menyangkut covid-19, kami mulai membentuk tim kewaspadaan terhadap serangan penyakit yang menghebohkan beberapa tahun lalu," kata Direktur RSUD dr Loekmono Hadi Kudus Abdul Hakam.
Tidak hanya sebatas pembentukan tim kewaspadaan, ungkap Abdul Hakam, juga kembali mengkampanyekan cuci tangan pakai sabun dan penggunaan masker bagi masyarakat yang sakit dan berada di kerumunan sebagai langkah antisipasi dan pencegahan covid-19 yang kembali muncul di sejumlah negara.
Tim kewaspadaan, menurut Abdul Hakam, juga memberikan edukasi kepada warga terkait pola hidup bersih dan sehat, bahkan di RSUD dr Loekmono Hadi juga menyiapkan PCR dan ruang isolasi dengan menyediakan 5 tempat tidur. "Langkah kesiagaan ini diharapkan dapat mengantisipasi jika covid-19 kembali.kuncul di daerah ini," imbuhnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar mengatakan merespons program quick win Prabowo Subianto yang mencakup penanggulangan Tuberkulosis (TBC), pemeriksaan kesehatan gratis dan peningkatan fasilitas rumah sakit dari tipe D menjadi tipe C di berbagai daerah.
"Poin program tersebut saat ini memfokuskan upaya pada penanganan TBC karena dinilai memiliki tingkat kematian tinggi dan daya tular yang sangat cepat, bahkan sebanding dengan Covid-19," ujar Yunita Dyah Suminar.
Selain itu pentingnya pelacakan kontak erat atau tracing, demikian Yunita Dyah Suminar, untuk setiap kasus yang ditemukan mirip dengan prosedur pada masa pandemi Covid-19. “Kalau ketemu satu kasus tracing-nya minimal delapan orang yang berkontak langsung, sedangkan Covid-19 tracing hingga 14 orang," tambahnya. (H-2)