Angka HIV pada Remaja Tinggi, Pakar Beri Rekomendasi untuk Orangtua

5 hours ago 1
Angka HIV pada Remaja Tinggi, Pakar Beri Rekomendasi untuk Orangtua Pita simbol kepedulian pada penderita HIV/AIDS.(Dok. Freepik)

KEMENTERIAN Kesehatan RI mencatat, hingga Maret 2025, terdapat 2.700 remaja usia 15-18 tahun di Indonesia yang hidup dengan HIV. Temuan itu menunjukkan penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) tidak terbatas hanya pada populasi dewasa.

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya Firman menyebut tren kasus HIV pada remaja menjadi problem serius. Ia menjelaskan, HIV merupakan salah satu jenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Virus HIV menyerang dan melemahkan fungsi imunitas tubuh, sehingga orang yang terinfeksi virus tersebut tidak memiliki pertahanan yang cukup melawan serangan penyakit. Pada akhirnya muncul gejala AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau kumpulan gejala penyakit yang banyak menimbulkan kematian.

HIV ditularkan melalui kontak cairan tubuh, seperti cairan vagina maupun sperma saat melakukan hubungan suami istri. Kemudian melalui darah, menggunakan jarum suntik bergantian, juga bisa ditularkan dari ibu positif HIV ke anak saat hamil hingga menyusui.

Menurut Firman, maraknya kasus HIV pada kelompok remaja perlu mendapat perhatian serius baik dari pemerintah, lingkungan, maupun orang tua. Ia menyebut penularan HIV bisa dikontrol dan dikendalikan.

“Peran orang tua menjadi sangat penting karena paling dekat dengan anak-anak untuk menjaga mereka agar terhindar dari penularan HIV,” kata Firman dalam keterangan di laman (FIK) UM Surabaya, Kamis (26/6).

Peran Orangtua untuk Mencegah HIV pada Remaja

1. Berikan pendidikan secara dini tentang kesehatan reproduksi bagi remaja

Hal itu dinilai penting agar anak tahu mana yang tepat dilakukan untuk menjaga kesehatan dan mana yang harus dihindari karena bisa menimbulkan penyakit pada sistem reproduksi.

“Sebuah penelitian menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan remaja mengenai cara penularan dan pencegahan HIV masih rendah mencapai 65%. Hal ini disebabkan karena kurang terpaparnya informasi mengenai pendidikan kesehatan terutama mengenai risiko penularan HIV,” katanya.

2. Orang tua harus cerdas memantau pergaulan anak

Terkadang anak di rumah seperti baik-baik saja. Namun seringkali orang tua tidak mengetahui dengan siapa anak bergaul dan apa aktivitas mereka. “Pemantauan ini sangat penting dilakukan orang tua, agar upaya pencegahan ke arah perilaku berisiko dapat dicegah dengan baik,” kata Firman.

3. Jadilah orang tua sekaligus sahabat buat anak

Anak remaja, katanya, sama seperti orang dewasa. Mereka juga terkadang punya masalah dengan kehidupannya. Karena itu mereka butuh sosok yang bisa dipercaya untuk mendengar, memberi perhatian, dan memberi nasehat buat mereka.

“Bagian ini seringkali orang tua lupa, menganggap mereka anak kecil yang seolah tidak punya masalah dalam kehidupan mereka. Akibatnya tanpa orang tua tahu, mereka mencari pengganti peran orang tua yang selalu bisa mendengar, memberi perhatian buat mereka. Di sinilah kekhawatiran akan muncul ketika mereka bergaul dengan orang dan lingkungan yang salah,” paparnya.

Seiring perkembangan zaman dan tuntutan ekonomi yang makin berat, ujar Firman, tiga hal tersebut menjadi sesuatu yang agak sulit dilakukan, sekaligus menjadi tantangan buat orang tua.

“Mana kala tidak menyadari dan menganggap itu tidak terlalu penting, maka jangan sampai menyesal di kemudian hari, karena anak-anak mereka salah memilih pergaulan. Untuk itu di tengah padatnya aktivitas kerja dan sesibuk apapun orang tua, harus tetap bisa selalu dekat dengan anak-anak, selalu hadir memberi perhatian, kasih sayang dan teladan buat mereka,” pungkasnya. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |