28 Years Later Jadi Film Pembuka Trilogi Baru Danny Boyle

4 hours ago 4
28 Years Later Jadi Film Pembuka Trilogi Baru Danny Boyle Cuplikan trailer film 28 Years Later.(Youtube)

INGGRIS menjadi negara bertanah tandus dalam film baru Danny Boyle, 28 Years Later. Kota-kota hancur, kereta api membusuk di rel, dan Uni Eropa memutuskan semua hubungan dengan negara tersebut. 

Beberapa penduduk terjebak di masa lalu dan berkumpul di bawah bendera St George yang robek. Yang lain berlari telanjang dada di pedesaan terbuka, marah tanpa alasan, dan sesekali berhenti untuk memakan cacing. 

Danny Boyle yang menulis ceritanya bersama Alex Garland pertama kali menjelajahi Inggris yang dipenuhi zombi dengan film hit mereka pada 2002, 28 Days Later. Itu adalah karya fiksi spekulatif yang mendebarkan, thriller bergaya gerilya tentang dunia yang tak terbayangkan. Sejak itu, dunia menyaksikan Brexit dan pandemi covid-19 serta ancaman hukum darurat di AS. Fantasi berlebihan dalam cerita ini tidak terasa begitu jauh dari kenyataan lagi. 

"Ya, tentu saja peristiwa dunia nyata menjadi pengaruh besar kali ini," kata sutradara 28 Years Later, Danny Boyle, dalam wawancaranya bersama The Guardian, dikutip Media Indonesia, Jumat (20/6). "Brexit adalah transparansi yang melintas di atas film ini, tanpa ragu. Tapi resonansi besar dari film asli adalah cara ia menunjukkan bagaimana kota-kota Inggris bisa tiba-tiba kosong dalam semalam. Dan setelah covid, adegan-adegan itu kini terasa seperti medan uji."

Di film terbarunya ini, Alfie Williams memerankan Spike yang berusia 12 tahun yang menentang orangtuanya (Jodie Comer dan Aaron Taylor-Johnson) dan melarikan diri dari pulau suci Holy Island untuk petualangan di daratan yang terinfeksi. Sepanjang perjalanan, ia berhadapan dengan zombie berserker dan pembunuh psikopat yang menyeringai, serta bertemu Dr Kelson yang misterius dan berkulit oranye, diperankan oleh Ralph Fiennes, yang konon merupakan mantan dokter umum dari Whitley Bay. Semua ini menciptakan perjalanan yang mendebarkan. 

Akhir film yang menggantung adalah intinya. Karena film ini sebenarnya adalah bagian pertama dari trilogi yang direncanakan. 

Sony Pictures telah menanggung dua pertiga anggaran trilogi. Film kedua, The Bone Temple, disutradarai oleh sutradara Amerika Nia DaCosta, sudah selesai syuting. Boyle berencana untuk syuting bagian terakhir trilogi, kecuali masa depan belum pasti dan industri ini berada di ambang kehancuran.

"Sony telah mengambil risiko besar," kata sutradara itu dengan senang hati.

"Film asli berhasil dengan baik di Amerika Serikat secara mengejutkan, tetapi tidak ada jaminan yang ini akan berhasil. Semua ini karena orang ini, (CEO Sony Pictures) Tom Rothman. Dia sedikit sulit ditangani, tapi dia orang yang fantastis, mengelola studio dengan cara yang gila. Dia telah membiayai dua film, tapi belum membiayai yang ketiga, jadi dia berada di ujung tanduk. Jika film ini gagal, dia harus merilis film kedua. Tapi setelah itu, ya, kita mungkin tidak bisa menyelesaikan ceritanya," bocor Boyle. (I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |