
YAYASAN Hind Rajab menuntut 24 tentara dan komandan Israel ke Mahkamah Pidana Internasional atas pembunuhan Hind Rajab, seorang anak Palestina berusia enam tahun. Yayasan tersebut mengidentifikasi Kompi Vampire Empire dari Batalyon Lapis Baja ke-52 yang beroperasi di bawah Brigade Lapis Baja ke-401 Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan Hind, enam anggota keluarganya, dan dua petugas medis Palestina.
Yayasan tersebut mengatakan tiga komandan senior utama Israel bertanggung jawab ialah komandan Brigade Lapis Baja ke-401 Kolonel Beni Aharon, komandan Batalyon Lapis Baja ke-52 Letnan Kolonel Daniel Ella, dan komandan Kompi Vampire Empire Mayor Sean Glass.
Sebanyak 22 awak tank tambahan yang teridentifikasi dari kompi yang sama berpartisipasi langsung dalam atau memfasilitasi serangan tersebut. "Serangan-serangan itu dilakukan dengan sepengetahuan penuh mengenai status sipil dan perlindungan para korban, setelah koordinasi sebelumnya antara Bulan Sabit Merah Palestina dan otoritas Israel," kata yayasan tersebut dalam pernyataan, Selasa (21/10).
"Tim hukum Yayasan menyimpulkan bahwa tindakan-tindakan ini merupakan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida, berdasarkan Pasal 6, 7, dan 8 Statuta Roma," tambah pernyataan tersebut.
Itu merupakan tindak lanjut dari film dokumenter karya Al Jazeera, bekerja sama dengan Hind Rajab Foundation, yang mengungkap bukti baru dalam pembunuhan Hind Rajab, keluarganya, dan tim penyelamat yang berusaha menjangkau mereka di Kota Gaza.
Film dokumenter berjudul Ma Khafiya Aatham (Puncak Gunung Es), tayang pada Senin (20/10), mengungkap detail yang sebelumnya tidak diketahui tentang pembunuhan keluarga Rajab dan orang-orang lain di hari-hari terakhir Januari 2024.
Saat-saat terakhir Hind Rajab--saat ia memohon bantuan setelah penembakan awal yang menewaskan paman, bibi, dan tiga sepupunya di dalam mobil mereka--beredar luas di media sosial setelah serangan tersebut.
Membela tindakannya hari itu, pemerintah Israel awalnya mengeklaim bahwa tidak ada pasukannya yang hadir ketika keluarga Rajab terbunuh. Kemudian negeri zionis itu menegaskan bahwa 335 lubang peluru yang ditemukan di mobil keluarga tersebut merupakan hasil baku tembak antara pasukan Israel dan pejuang Palestina bersenjata.
Namun, investigasi lanjutan terhadap citra satelit dan audio dari hari itu oleh kelompok riset multidisiplin Forensic Architecture, yang berbasis di Goldsmiths, Universitas London, hanya mengidentifikasi keberadaan beberapa tank Merkava Israel di sekitar mobil keluarga Rajab dan tidak ada bukti baku tembak.
Komandan utama tank-tank yang hadir saat pembunuhan keluarga tersebut ialah Kolonel Beni Aharon dari Brigade Lapis Baja 401 Israel. Kolonel Aharon sudah menjadi subjek pengaduan pidana di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang diajukan oleh Hind Rajab Foundation yang menggunakan rekaman media sosial yang diambil oleh tentara Israel selama operasi di Gaza sebagai dasar penuntutan kejahatan perang.
Baca juga: Google Loloskan Iklan Israel yang Dianggap Misinformasi tentang Kelaparan Gaza
Investigasi oleh yayasan tersebut mengidentifikasi bahwa di dalam Brigade 401, kompi yang dikenal sebagai Vampire Empire, dalam komando Mayor Sean Glass bertanggung jawab langsung atas pembunuhan keluarga Rajab dan kemudian merusak TKP.
Perusahaan Vampire Empire--nama Inggrisnya menyiratkan komposisi multinasional--merupakan bagian dari Batalyon Lapis Baja ke-52 di bawah komando Kolonel Daniel Ella. Menurut yayasan, mereka bertanggung jawab langsung atas pembunuhan di lapangan.
Salah satu tentara perusahaan tersebut, Itay Choukirkov, yang berkewarganegaraan ganda Israel-Argentina, saat ini sedang dituntut berdasarkan hukum Argentina atas dugaan perannya dalam pembunuhan keluarga tersebut.
Menurut film dokumenter tersebut, Batalyon Lapis Baja ke-52, yang dijuluki Ha-Bok'im (Para Pelanggar), merupakan salah satu unit Israel pertama yang memasuki Gaza pada Oktober 2023 dan sejak itu terlibat dalam beberapa operasi paling mematikan yang dilakukan tentara Israel, termasuk penghancuran beberapa rumah sakit.
"Pemerintah Israel tidak menyukai kampanye-kampanye yang didanai oleh organisasi-organisasi yang mendukung Palestina ini," ujar pakar keamanan Israel Yossi Melman kepada Al Jazeera dalam film dokumenter tersebut.
"Tentu saja mereka khawatir dan mencoreng nama baik Israel ketika beberapa warga Israel, terutama personel militer, dituntut atas kejahatan perang di beberapa belahan dunia," ujarnya.
Melman menambahkan bahwa tuntutan semacam itu tidak hanya mengkhawatirkan tentara Israel, tetapi juga badan intelijennya, Shin Bet khusus internal dan Mossad untuk eksternal.
Hind Rajab Foundation sedang mengajukan beberapa tuntutan hukum terhadap sejumlah tentara Israel, termasuk Shimon Zuckerman, seorang influencer perang, yang memfilmkan dirinya dan anggota lain Korps Zeni 8129 saat menghancurkan desa Khuza'a dekat Khan Younis.
Yayasan tersebut mengatakan unggahan media sosial Zuckerman memberikan bukti nyata niat genosida yang menyebabkan terbunuhnya keluarga Rajab. (MEE/I-2)