
SEJUMLAH warga Palestina dilaporkan terluka akibat tembakan pasukan Israel ketika ribuan warga Gaza yang kelaparan menyerbu fasilitas distribusi bantuan yang didukung Amerika Serikat (AS) di kota Rafah, Gaza selatan, pada Selasa (28/5), demikian disampaikan oleh otoritas lokal.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut bahwa rencana pendudukan Israel untuk mendistribusikan bantuan di zona penyangga telah gagal total.
Tembakan pasukan Israel
Menurut pernyataan tersebut, pasukan Israel melepaskan tembakan ketika kerumunan besar warga yang membutuhkan bantuan menyerbu lokasi distribusi.
“Apa yang terjadi hari ini adalah bukti tak terbantahkan tentang kegagalan pendudukan dalam mengelola krisis kemanusiaan yang sengaja diciptakannya melalui kebijakan kelaparan, pengepungan dan pemboman,” kata pernyataan tersebut seperti dilansir Anadolu, Rabu (28/5).
Kantor media itu juga mengkritik pendirian zona penyangga yang dijadikan lokasi distribusi bantuan di bawah ancaman tembakan dan kelaparan.
Mereka menyatakan bahwa cara tersebut tidak mencerminkan niat tulus untuk mengatasi krisis, tetapi justru merupakan bentuk rekayasa politik sistematis yang bertujuan untuk memperpanjang kelaparan dan menghancurkan masyarakat Palestina.
Lebih lanjut, Israel dianggap sepenuhnya bertanggung jawab atas krisis pangan di wilayah Gaza.
Kantor tersebut mengecam penggunaan bantuan sebagai senjata perang dan alat pemerasan, serta menyoroti pencegahan terus-menerus terhadap masuknya bantuan melalui penyeberangan maupun organisasi internasional.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Dewan Keamanan (DK) PBB untuk bertindak segera guna menghentikan kejahatan tersebut, membuka penyeberangan tanpa pembatasan dan memungkinkan organisasi-organisasi kemanusiaan untuk melaksanakan misi mereka secara independen dari campur tangan dan agenda pendudukan.
Selain itu, mereka juga mendesak agar komite investigasi internasional independen segera dibentuk guna mendokumentasikan kejahatan kelaparan dan menyeret para pemimpin Israel ke pengadilan atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dievakuasi dari Rafah
Sementara itu, harian Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa sejumlah pekerja kemanusiaan Amerika yang tergabung dalam Gaza Humanitarian Foundation telah dievakuasi dari Rafah menyusul insiden tersebut.
Surat kabar Israel Hayom juga melaporkan bahwa pasukan Israel dikerahkan ke lokasi distribusi setelah evakuasi para pekerja AS.
Sejak 2 Maret, Israel menutup semua penyeberangan ke Gaza, termasuk untuk pengiriman makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan, yang memperburuk kondisi krisis yang sudah terjadi sebelumnya. Penutupan ini dikritik oleh berbagai organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Sejak Oktober 2023, militer Israel terus melancarkan serangan intensif ke wilayah Gaza meskipun mendapat tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata.
Korban warga Palestina
Serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional terkait serangannya terhadap warga sipil di wilayah tersebut. (Fer/I-1)