
PASAR tradisional Gwangjang di pusat kota Seoul telah berevolusi menjadi destinasi yang tak hanya menggoda lidah, tetapi juga menarik perhatian generasi muda dan wisatawan internasional. Dengan memadukan kuliner legendaris dan sentuhan modern dari merek-merek ternama, pasar yang sudah berusia lebih dari seratus tahun ini kembali mencuri perhatian.
Suzy, seorang wisatawan asal Taiwan, merupakan salah satu pengunjung baru yang terpikat oleh daya tarik Gwangjang Market. Bersama teman-temannya, ia datang untuk menikmati yukhoe, hidangan daging sapi mentah berbumbu khas Korea, sebelum berlanjut mengunjungi toko kecantikan modern, Off Beauty, yang baru buka di kawasan pasar tersebut.
Perpaduan Lama dan Baru di Jantung Seoul
Gwangjang Market dikenal sebagai salah satu pasar tertua di Korea Selatan. Berdiri sejak 1905, pasar ini awalnya berfungsi sebagai pusat perdagangan hasil bumi dan tekstil. Seiring waktu, pasar ini berkembang menjadi tempat yang ikonik untuk membeli kain, hanbok, serta kuliner khas seperti bindaetteok (pancake kacang hijau) dan gimbap (gulungan nasi berisi sayuran dan telur).
Namun kini, wajah Gwangjang Market telah berubah drastis. Di antara kios tradisional, bermunculan merek-merek populer seperti Off Beauty, The North Face, RAWROW, dan Marithé François Girbaud. Bahkan, Starbucks membuka gerai eksklusif di dalam pasar pada Mei lalu, dengan menu-menu yang terinspirasi dari sejarah tekstil, seperti "Honey Hotteok Latte" dan "Threaded Baumkuchen".
Kehadiran Brand Modern dan Daya Tarik Baru
Masuknya merek-merek modern memberikan warna baru bagi Gwangjang Market. Pasar yang dulunya dikenal dengan pedagang kain kini berkembang menjadi pusat gaya hidup dan destinasi fotografi yang tak boleh dilewatkan. Pop-up store bertema film "Kodak Gwangjang Market" hingga kafe-kafe hits seperti Cafe Onion dan Abebe Bakery semakin menambah semarak suasana.
Pedagang-pedagang lama mengakui bahwa bisnis baru justru membantu mendongkrak jumlah pengunjung. "Setelah beberapa tayangan Netflix menyoroti kios mi kami, antrean bisa sampai keluar pasar," ungkap seorang perwakilan asosiasi pedagang dalam wawancara dengan The Korea Times.
Menurutnya, meski terjadi perubahan besar, yang terpenting adalah tetap menjaga keseimbangan antara modernitas dan warisan tradisional pasar.
Adaptasi dan Transformasi Pedagang Lokal
Para pedagang lama juga mulai menyesuaikan diri dengan perubahan selera pembeli masa kini. Ada yang mengalihkan usaha dari menjual hanbok menjadi aksesori seperti tas dan suvenir. Beberapa penyedia katering tradisional pun kini memasarkan camilan kemasan yang lebih praktis untuk wisatawan.
Bagi banyak pengunjung muda, Gwangjang Market bukan lagi sekadar tempat wisata kuliner, tetapi pengalaman yang lebih lengkap. Mereka bisa berbelanja produk kecantikan di Off Beauty, mencari pakaian kasual dari Matin Kim atau RAWROW, hingga menikmati kopi di kafe dengan konsep "heritage modern".
Pasar Tradisional dengan Wajah Baru
Transformasi Gwangjang Market membuktikan bahwa pasar tradisional masih bisa hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi. Dengan memadukan kuliner legendaris, budaya tekstil, dan elemen gaya hidup modern, pasar ini berhasil menarik minat generasi baru tanpa kehilangan jati diri.
Kini, Gwangjang Market bukan hanya tempat untuk berbelanja atau menikmati jajanan khas Korea, tetapi juga ruang pertemuan yang harmonis antara masa lalu dan masa kini, antara tradisi dan tren global. (The Korea Times/Z-10)