Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Sejarawan: Seperti Nobel Perdamaian untuk Trump

1 month ago 26
 Seperti Nobel Perdamaian untuk Trump Penulis buku Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World, David Van Reybrouck (kanan)(Istimewa)

SEJARAWAN sekaligus penulis buku Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World, David Van Reybrouck, mengkritik keras wacana menjadikan mantan Presiden Soeharto sebagai pahlawan nasional.

Pernyataan itu disampaikan David dalam sebuah forum diskusi di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2025, yang digelar di Taman Baca Ubud, Bali, Jumat (31/10). Acara tersebut dihadiri ratusan peserta dari berbagai negara.

Menurut David, wacana pemberian gelar tersebut merupakan perkembangan yang mengkhawatirkan, mengingat sejarah kelam pelanggaran hak asasi manusia dan represi politik selama masa Orde Baru

“Menjadikan diktator militer sebagai pahlawan nasional sama seperti memberikan Nobel Perdamaian kepada Donald Trump,” ujar David dalam keterangan yang diterima, Jumat (31/10).

Diskusi dipandu Anggota Komisi X DPR Bonnie Triyana. David menyebut bahwa tahun 1965 menjadi titik balik suram dalam sejarah Indonesia dan dunia. Menurutnya, rezim militer yang lahir pasca-1965 telah menutup kebebasan berpikir dan menghentikan semangat progresif yang sebelumnya hidup di era Soekarno.

“Antara 1945 hingga 1965, Indonesia adalah pemain dunia, pusat dinamika global. Setelah itu, pintu ditutup rapat oleh kekuasaan militer,” jelasnya.

David menekankan pentingnya rekonsiliasi dengan masa lalu sebagai langkah menuju masa depan yang lebih sehat, baik secara politik maupun moral. 

Lebih lanjut, David menambahkan, bahwa pengakuan atas kebenaran sejarah merupakan langkah awal untuk membangun masa depan yang lebih sehat secara politik dan moral. Ia menekankan, bangsa yang berani menatap masa lalunya dengan jujur akan lebih kuat menghadapi tantangan demokrasi modern.

David mengajak publik Indonesia untuk meninjau ulang sejarah dengan jujur, bukan dengan glorifikasi kekuasaan.

“Menghormati masa lalu bukan berarti menutup mata terhadap luka sejarah,” tandasnya. 

Ubud Writers and Readers Festival 2025 mengusung tema Aham Brahmasmi-I Am the Universe. Para pegiat literasi dan bintang sastra menggali jalinan erat antara diri dan semesta melalui percakapan, diskusi panel, makan siang sastra, pertunjukan musik, pentas puisi, peluncuran dan bazar buku, hingga lokakarya. (P-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |