Wabah Misterius di Kongo Tewaskan 50+ Orang, WHO Masih Selidiki Penyebabnya

2 weeks ago 14
Wabah Misterius di Kongo Tewaskan 50+ Orang, WHO Masih Selidiki Penyebabnya Sebuah penyakit misterius yang belum teridentifikasi menewaskan lebih dari 50 orang di Republik Demokratik Kongo sejak Januari 2024.(WHO)

PENYAKIT misterius yang belum teridentifikasi menewaskan lebih dari 50 orang di Republik Demokratik Kongo sejak pertengahan Januari, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pejabat kesehatan pertama kali melaporkan kasus penyakit ini di desa Boloko, barat laut Kongo. Wabah tersebut diduga bermula dari tiga anak kecil yang meninggal antara 10 hingga 13 Januari. Dilaporkan, anak-anak tersebut memakan kelelawar sebelum mengalami gejala awal seperti demam, sakit kepala, diare, dan kelelahan, yang kemudian berkembang menjadi gejala yang lebih parah seperti muntah darah, menurut laporan Kantor Regional WHO untuk Afrika.

Kasus tambahan mulai bermunculan di Boloko dalam beberapa hari berikutnya, kemudian menyebar ke desa terdekat, Danda. Hingga 27 Januari, Boloko mencatat 10 kasus dengan tujuh kematian, sementara Danda melaporkan dua kasus dan satu kematian.

Pada 13 Februari, otoritas kesehatan melaporkan klaster kedua kasus penyakit ini di desa Bomate, yang juga berada di barat laut Kongo. Hingga 15 Februari, jumlah total kasus yang dilaporkan di dua wilayah tersebut mencapai 431 kasus dengan 53 kematian.

Data ini menunjukkan tingkat kematian kasus sedikit di atas 12%, dengan hampir setengah dari kematian terjadi dalam waktu 48 jam setelah gejala muncul.

Namun, laporan WHO mencatat bagaimana orang-orang terpapar penyakit ini masih belum jelas. Belum ada indikasi yang pasti mengenai penyebaran penyakit antara dua lokasi wabah, dengan Boloko dan Danda berada dalam satu zona, sementara Bomate di zona lain. Artinya, kemungkinan kedua wabah ini disebabkan penyakit yang berbeda.

“Lokasi geografis yang terpencil dan infrastruktur kesehatan yang terbatas memperburuk tantangan respons, dengan fasilitas kesehatan yang kewalahan menangani kasus-kasus yang ada,” tulis laporan tersebut. “Meskipun upaya respons sedang berlangsung, masih ada kesenjangan yang signifikan, termasuk keterbatasan kapasitas laboratorium, pola penularan yang belum jelas, dan sistem pengawasan yang lemah.”

Saat ini, informasi tentang penyakit di Bomate, Boloko, dan Danda masih terbatas, tetapi WHO terus melakukan investigasi.

Pejabat kesehatan telah mengirimkan sampel dari 13 kasus di Bomate ke Institut Nasional Penelitian Biomedis di ibu kota, Kinshasa, untuk dianalisis.

Gejala utama yang dilaporkan termasuk demam, menggigil, sakit kepala, nyeri tubuh, keringat berlebihan, leher kaku, batuk, muntah, diare, dan kram perut. Beberapa kasus juga mengalami mimisan, muntah darah, dan tinja berwarna hitam pekat. Gejala-gejala ini juga umum ditemukan pada demam berdarah, kelompok penyakit yang disebabkan beberapa jenis virus yang biasanya ditemukan pada hewan seperti kelelawar dan tikus.

Namun, hasil uji laboratorium terhadap sampel dari Bomate menunjukkan penyakit ini bukan disebabkan virus yang umum menyebabkan demam berdarah, seperti Ebola dan Marburg. Lima sampel klinis dari Boloko dan Danda juga telah dianalisis, dan hasilnya negatif untuk Ebola serta Marburg.

Beberapa sampel dari Bomate justru dinyatakan positif malaria, penyakit parasit yang endemik di Afrika dan menyebabkan ratusan ribu kematian setiap tahunnya.

Pada musim gugur dan musim dingin tahun 2024, wabah penyakit di zona kesehatan Panzi, barat daya Kongo, juga ternyata disebabkan malaria. Awalnya, sulit mengidentifikasi malaria sebagai penyebab utama karena banyak penduduk yang membawa parasit dalam darah mereka tanpa menunjukkan gejala. 

Keterbatasan laboratorium di wilayah itu juga menyulitkan proses diagnostik dan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain. Selain itu, ada setidaknya satu kasus yang menunjukkan gejala demam berdarah, yang semakin memperumit situasi.

Terkait wabah baru yang masih misterius ini, WHO menyatakan kemungkinan diagnosis yang sedang diselidiki meliputi malaria, demam berdarah akibat virus, keracunan makanan atau air, demam tifoid, dan meningitis.

Laporan WHO tahun 2022 mengungkapkan jumlah wabah penyakit yang menyebar dari hewan ke manusia di Afrika meningkat 63% antara tahun 2012 hingga 2022. Ebola dan demam berdarah akibat virus lainnya menyumbang hampir 70% dari wabah tersebut, dengan peningkatan paling signifikan terjadi di Republik Demokratik Kongo dan Nigeria.

Sebagian dari peningkatan ini mungkin disebabkan pengawasan dan pengujian yang lebih baik—sehingga lebih banyak wabah terdokumentasi dibandingkan sebelumnya. Namun, WHO juga menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi dan ekspansi perkotaan menyebabkan manusia semakin mendekati habitat satwa liar, yang meningkatkan kemungkinan penyakit menular dari hewan ke manusia. (Live Science/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |