
SEKRETARIS Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin menyerukan penghentian segera atas pemboman Israel di Jalur Gaza. Dia menyatakan bahwa kondisi yang dihadapi masyarakat di wilayah Palestina yang terkepung itu sudah berada pada titik yang tidak dapat diterima.
“Apa yang terjadi di Gaza tidak dapat diterima. Hukum humaniter internasional harus selalu berlaku, dan berlaku untuk semua orang. Kami menyerukan diakhirinya pemboman dan agar bantuan yang diperlukan dapat menjangkau penduduk,” kata Kardinal Parolin seperti dilansir Vatican News, Rabu (28/5).
Dia juga mendorong komunitas internasional untuk mengambil langkah nyata guna menghentikan tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza, sambil menyerukan pembebasan semua sandera yang masih ditahan oleh kelompok Hamas.
Terkait konflik lain di kancah global, Parolin turut menanggapi kemungkinan Vatikan menjadi tuan rumah perundingan perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Dia menegaskan bahwa Tahta Suci terbuka untuk memfasilitasi dialog perdamaian.
“Paus Leo telah menawarkan kesediaan penuh Takhta Suci untuk menjadi tuan rumah perundingan apa pun, dengan menyediakan tempat yang netral dan terlindungi,” sebutnya.
Namun, dia menegaskan bahwa inisiatif ini bukan bentuk mediasi, karena mediasi harus diminta oleh para pihak. Dalam kasus ini, yang ada hanyalah tawaran publik untuk mengadakan pertemuan.
Dia juga menyebut bahwa lokasi lain seperti Jenewa turut menjadi opsi dalam pembahasan. Meski demikian, Parolin menekankan bahwa yang paling mendesak saat ini adalah memulai proses negosiasi sesegera mungkin.
“Pertama dan terutama, gencatan senjata diperlukan untuk mengakhiri kehancuran, kota-kota yang hancur, warga sipil yang kehilangan nyawa. Kemudian, sangat mendesak untuk mencapai perdamaian yang stabil, adil, dan abadi, yang diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak,” tambahnya.
Di akhir pernyataannya, Kardinal Parolin menegaskan kembali bahwa Paus Fransiskus dan seluruh Takhta Suci tetap berkomitmen untuk mempromosikan perdamaian global dan siap mendukung segala bentuk dialog serta negosiasi demi tercapainya solusi damai bagi konflik-konflik yang masih berlangsung. (H-2)